Derek Stefureac didiagnosis menderita ‘Multiple Sclerosis’ (MS), penyakit kronis yang menyerang sistem saraf pusat, saat yang bersamaan, Stefureac adalah seorang perokok yang tidak pernah berolahraga.
AS, Suararepubliknews.com – Semuanya berubah ketika dia mengalami “serangan” di tempat kerja ketika dia berusia 39 tahun, tubuhnya kejang-kejang selama sekitar satu menit, dan Stefureac mengatakan kepada media bahwa dia “mengira dia sedang sekarat.” Setelah mengunjungi beberapa dokter, ia didiagnosis menderita multiple sclerosis.
“Itu adalah diagnosis yang cukup menakutkan, dan sejujurnya saya bahkan tidak yakin apa itu. Saya tidak mengenal siapa pun yang mengidapnya,” ujar Stefureac, yang kini berusia 51 tahun. “Ketika saya mempelajari lebih lanjut, seorang dokter berkata, ‘Ini adalah penyakit progresif, tidak dapat disembuhkan. Kami memiliki beberapa terapi untuk memperlambat perkembangannya, tetapi hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah menjaga kesehatan. Tubuh yang sehat adalah alat terbaik. Jadi hal itu membuat saya cukup takut dan memutuskan untuk berhenti merokok, dan sebagai bagian dari upaya menghentikan kebiasaan merokok, dan untuk membantu saya menjadi sehat, saya mulai jogging.”
Sekarang, 13 tahun setelah diagnosis dan sesi joging awalnya, Stefureac telah berlari 36 kali dalam event perlombaan maraton, termasuk satu kali di Antartika dan satu kali di Gunung Everest. Setelah menyelesaikan maraton Brisbane di Australia pada awal Juni lalu, ia kini telah berlari maraton di berbagai benua. Dia telah membangun komunitas pelari, terhubung dengan orang lain yang memiliki kondisi yang sama dengan dirinya, dan dokternya mengatakan bahwa dia bahkan berhasil membalikkan perkembangan multiple sclerosis yang dideritanya.
Multiple Sclerosis adalah penyakit yang memengaruhi sistem saraf pusat, menurut situs web Mayo Clinic. Sistem kekebalan tubuh menyerang mielin, atau selubung pelindung, yang menutupi serabut saraf. Hal ini akan menyebabkan masalah komunikasi antara otak dan bagian tubuh lainnya, sehingga menimbulkan berbagai gejala, termasuk mati rasa dan tubuh terasa lemah, cara berjalan yang tidak stabil, penglihatan yang kabur, dan banyak lagi. Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan kerusakan permanen atau kerusakan serabut saraf.
Multiple Sclerosis adalah “penyakit yang tidak dapat diprediksi,” kata Dr. Bruce Bebo, wakil presiden eksekutif penelitian di National MS Society, yang tidak terlibat dalam perawatan Stefureac.
Bagi Stefureac, yang juga mengonsumsi obat untuk mengatasi masalahnya, penyakit ini paling menonjol terlihat dari kakinya yang terseret-seret saat ia mulai joging. Le Hua, seorang ahli saraf yang memantau perawatan Stefureac, mengatakan bahwa ia juga mengalami disfungsi neurologis dan mati rasa, melemah dan kesemutan di tubuhnya. Dia juga mengalami cedera tulang belakang, yang “terkait dengan risiko kecacatan yang lebih tinggi” akibat multiple sclerosis, katanya.
Bebo mengatakan banyak bukti yang mendukung pentingnya olahraga dan pilihan gaya hidup sehat lainnya dalam membantu mengobati multiple sclerosis. Meskipun olahraga tidak membalikkan perkembangan penyakit, olahraga dapat membantu membatasi penyakit tambahan seperti tekanan darah tinggi yang dapat mempercepat perkembangan multiple sclerosis. Olahraga juga dapat membantu meningkatkan kelenturan sistem saraf, yang dapat meningkatkan fungsi dan mengimbangi kerusakan yang disebabkan oleh multiple sclerosis, katanya.
Latihan kardiovaskular seperti lari dapat sangat membantu untuk mengelola multiple sclerosis, kata Bebo, tetapi seseorang tidak harus berlari maraton untuk mendapatkan manfaatnya.
“Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh semua orang, tidak peduli apa pun tingkat keterbatasan atau kondisi disabilitas mereka,” kata Bebo.
Hua mengatakan bahwa kasus Stefureac “sangat unik” karena dia benar-benar telah melihat tanda-tanda “perbaikan disabilitas”, di mana beberapa kesulitan yang awalnya dia hadapi menjadi lebih baik. Banyak orang mungkin melihat tanda-tanda disabilitas yang melambat, katanya, tetapi perbaikan yang sebenarnya dalam perkembangan penyakit bukanlah sesuatu yang sering ia atau orang lain di bidangnya lihat.
“Derek sebenarnya terlihat jauh lebih baik sekarang daripada saat pertama kali didiagnosis dengan disabilitas,” kata Hua.
Stefureac mengatakan kepada media bahwa ia “bahkan tidak ingat” kapan terakhir kali ia berurusan dengan gejala multiple sclerosis.
“Saya hanya memikirkan MS ketika saya harus memperbarui resep atau membuat janji temu,” katanya.
Stefureac telah menyelesaikan targetnya yaitu berlari maraton ke semua benua, namun masih ada beberapa event ekstrim yang ingin ia ikuti. Dia sedang mengincar maraton di Kutub Utara, dan berlari di Gunung Kilimanjaro di Tanzania pada bulan Februari 2025. Dia juga ingin berpartisipasi dalam acara yang lebih intens seperti lomba lari selama lima hari melintasi Gurun Sahara dan Ironman Triathalon di Hawaii.
“Ketika saya memulai, tujuannya adalah untuk membuat diri saya bugar dan memperlambat perkembangan ini, dan itu berhasil dengan sangat luar biasa,” kata Stefureac, seraya menambahkan bahwa ia berharap kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi orang lain yang berurusan dengan multiple sclerosis atau kondisi kesehatan kronis.
“Kedengarannya gila, tapi bagi saya, saya bersyukur atas diagnosisnya. Itu benar-benar membuka mata saya, dan mengubah hidup saya. Saya rasa saya tidak akan bisa menjelajahi tujuh benua jika saya tidak pernah didiagnosis dengan MS,” kata Stefureac. “Tidak ada yang pernah tahu bahwa saya menderita MS. Orang-orang terkejut ketika saya memberi tahu mereka. Saya ingin menjadi contoh yang baik, misalnya, ‘Ini bisa saja terjadi pada Anda.” (Stg)