Pentagon Menjadi Lokasi Pertemuan Penting, Korea Utara Diimbau Mundur Demi Stabilitas Global dan Mencegah Eskalasi Konflik
Pentagon, suararepubliknews.com – Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun mengadakan pertemuan strategis di Pentagon, Rabu lalu. Mereka bersatu dalam mendesak Korea Utara untuk segera menarik sekitar 10.000 tentara yang dikerahkan di Rusia. Austin mengungkapkan keprihatinannya bahwa pasukan Korea Utara tersebut kemungkinan besar akan berperan dalam memperkuat militer Rusia untuk melawan Ukraina.
“Mereka melakukan ini karena Presiden Rusia Vladimir Putin telah kehilangan banyak tentara. Pilihan Putin adalah meminta bantuan militer luar atau melakukan mobilisasi di dalam negeri, namun ia enggan melakukan mobilisasi yang bisa memicu reaksi rakyatnya sendiri,” jelas Austin dalam pernyataan persnya.
Korea Utara Dituduh Eksploitasi Tentara untuk Perang yang Mengancam Perdamaian
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun mengkritik keras tindakan Korea Utara. Ia menuduh Kim Jong Un menjual tentara mudanya sebagai “tentara bayaran” yang dijadikan “umpan perang.” Menurut Kim Yong-hyun, tindakan tersebut merupakan kejahatan perang yang melanggar prinsip kemanusiaan dan perdamaian dunia.
Amerika Serikat juga mengonfirmasi keberadaan sejumlah kecil pasukan Korea Utara di wilayah Kursk, Rusia. Wilayah ini menjadi titik panas setelah serangan militer Ukraina pada Agustus lalu yang masih menguasai bagian wilayah tersebut hingga saat ini.
Tentara Ukraina Dipastikan Punya Hak Pertahanan, Dilengkapi Senjata AS
Austin mempertegas hak tentara Ukraina untuk mempertahankan diri jika harus berhadapan dengan tentara Korea Utara yang membantu Rusia. “Jika tentara DPRK (Korea Utara) berperang bersama tentara Rusia, maka tentara Ukraina akan mempertahankan diri dengan segala persenjataan yang telah kami dan sekutu berikan,” tegasnya.
Para pengamat memandang keterlibatan militer Korea Utara di Rusia sebagai eskalasi konflik. Namun, beberapa analis, seperti Anna Borshchevskaya dari Washington Institute for Near East Policy, menilai bahwa kontribusi Korea Utara tidak akan secara signifikan meningkatkan kekuatan militer Rusia, hanya menambah kuantitas artileri yang sudah dimiliki.
Harapan Korea Utara atas Imbalan Teknologi Senjata Nuklir Memicu Ancaman Global
Kim Yong-hyun juga menyatakan bahwa Korea Utara mungkin mengincar imbalan berupa teknologi senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua dari Rusia sebagai kompensasi atas bantuan tentaranya. Hal ini, menurut Kim, menambah risiko keamanan yang semakin tinggi di Semenanjung Korea dan dunia internasional.
Latihan Militer Bersama AS-Korsel: Komitmen untuk Pertahanan Kuat dan Stabilitas Regional
Di tengah ketegangan ini, Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan latihan militer gabungan dengan tembakan langsung pada hari Rabu, menunjukkan komitmen kuat mereka untuk mempertahankan keamanan yang kokoh di kawasan Asia Timur. Latihan ini juga bertujuan mengirim pesan kuat kepada Korea Utara dan pihak-pihak lain mengenai kesiapan kedua negara dalam mempertahankan wilayahnya dari ancaman eksternal.
Editor: Stg
Copyright © suararepubliknews 2024