Seorang guru wanita Rusia mengalami kekerasan seksual oleh sejumlah tentara Korea Utara. Insiden ini memicu kekhawatiran internasional di tengah hubungan sensitif Rusia-Korut
Moskow, suararepubliknews.com – Kejadian memilukan dialami seorang guru wanita Rusia bernama Anna (nama samaran), yang mengaku menjadi korban serangan seksual oleh tentara Korea Utara di Kursk, Rusia. Insiden ini menambah keruh situasi geopolitik, terutama di tengah hubungan erat antara Rusia dan Korea Utara.
Menurut laporan, Anna, guru berusia 28 tahun dari Universitas Persahabatan Rakyat Rusia, dikirim ke Kursk sebagai bagian dari program adaptasi budaya dan bahasa untuk tentara Korea Utara. Program ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Pertahanan Rusia dan universitas tersebut, untuk membantu lebih dari 10.000 tentara Korea Utara yang ditempatkan di Rusia sejak Oktober lalu.
Kejadian Menggemparkan di Tengah Malam
Pada dini hari 12 November, Anna terbangun karena merasakan sesak di bagian mulut dan hidungnya. Dia mendapati dirinya dalam keadaan terikat dan mulut tertutup dengan pita perekat. Sebelum sempat memahami situasi, beberapa tentara Korea Utara menyerangnya secara fisik dan verbal.
Anna mengungkapkan, sambil menangis, bahwa setidaknya empat hingga lima tentara Korea Utara bergantian memperkosanya selama dua jam. “Saya tidak berdaya, ini sangat mengerikan. Saya tidak tahu bagaimana melanjutkan hidup setelah ini,” ungkap Anna dalam wawancara emosional yang dipublikasikan di platform Telegram.
Setelah para pelaku berhenti untuk mencari minuman alkohol, Anna berhasil melarikan diri dan melaporkan kejadian ini. Dia khawatir para pelaku akan dikembalikan ke Korea Utara tanpa hukuman yang jelas, yang dapat memengaruhi hubungan diplomatik Rusia-Korea Utara.
Pengiriman Tentara Korea Utara untuk Perang Panjang
Sejak Oktober, lebih dari 10.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia untuk membantu dalam perang melawan Ukraina. Media Amerika dan Ukraina melaporkan bahwa Korea Utara mungkin berencana mengirim hingga 100.000 tentara secara bertahap untuk memperkuat pasukan Rusia.
Para tentara ini dilatih di berbagai pangkalan militer di Rusia, termasuk di Kursk, yang berjarak hanya 15 kilometer dari garis depan konflik Rusia-Ukraina. Namun, kehadiran mereka menimbulkan kekhawatiran, terutama di kalangan sekutu Ukraina, bahwa langkah ini akan memperpanjang perang dan memperburuk situasi keamanan global.
Reaksi Internasional dan Ketegangan Baru
Insiden kekerasan seksual yang melibatkan tentara Korea Utara menambah ketegangan hubungan antara Rusia dan Korea Utara. Para pengamat khawatir bahwa kerja sama militer yang semakin erat antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un dapat memengaruhi stabilitas kawasan Indo-Pasifik.
Menurut laporan, keputusan Kim Jong-un untuk mengirim pasukan ke Rusia dinilai sebagai dukungan langsung terhadap invasi Rusia ke Ukraina, yang memperburuk konflik yang telah berlangsung sejak Februari 2022.
Situasi ini menimbulkan tekanan diplomatik bagi Rusia, yang kini harus menjelaskan langkah mereka dalam menangani pelaku kejahatan ini sekaligus menjaga hubungan strategis dengan Korea Utara.
Editor: Stg
Copyright © suararepubliknews 2024