Serangan Terbesar dalam Beberapa Bulan
Lebanon, suararepubliknews.com – Milisi Hizbullah Lebanon mengklaim telah meluncurkan lebih dari 200 roket pada hari Kamis (04/07), menyerang sejumlah pangkalan militer di Israel sebagai pembalasan atas kematian salah satu komandan senior mereka. Serangan ini menjadi salah satu yang terbesar dalam konflik yang telah berlangsung selama berbulan-bulan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel, dengan ketegangan yang terus meningkat dalam beberapa minggu terakhir.
Militer Israel Tanggap dan Serang Balik
Militer Israel melaporkan bahwa “sejumlah peluru kendali dan target-target udara yang mencurigakan” telah memasuki wilayahnya dari Lebanon, dan sebagian besar berhasil dicegat. Hingga saat ini, tidak ada laporan langsung mengenai korban jiwa di pihak Israel. Sekitar 200 proyektil diluncurkan ke arah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Suriah, dan lebih dari 20 pesawat tak berawak memasuki wilayah Israel, namun beberapa di antaranya berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel.
Sebagai balasan, Israel menghantam berbagai kota di Lebanon selatan, menargetkan “struktur militer” Hizbullah di kota perbatasan Ramyeh dan Houla. Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa serangan pesawat tak berawak Israel di Houla menewaskan sedikitnya satu orang. Selain itu, jet-jet tempur Israel juga menghancurkan penghalang kebisingan di atas ibukota Lebanon dan daerah lainnya.
Tewasnya Komandan Hizbullah Memicu Serangan
Serangan ini terjadi setelah Israel mengakui bahwa mereka telah menewaskan Mohammad Naameh Nasser, yang mengepalai salah satu dari tiga divisi regional Hizbullah di Lebanon selatan. Dilansir dari media APnews, Hizbullah merespons dengan meluncurkan sejumlah roket Katyusha dan roket Falaq berdaya ledak tinggi ke Israel utara dan Dataran Tinggi Golan.
Pernyataan Hizbullah: Balas Dendam Belum Berakhir
Hashem Safieddine, kepala Dewan Eksekutif Hizbullah, menegaskan bahwa kelompok ini akan melanjutkan serangan balasannya dan menargetkan lokasi-lokasi baru yang tidak terduga. “Musuh terkadang mengakui serangan-serangan ini dan terkadang tidak, namun yang pasti telah banyak korban yang jatuh,” ujarnya saat pemakaman Nasser.
Nasser dikenal sebagai sosok penting dalam Hizbullah, terlibat dalam berbagai konflik di Suriah dan Irak dari tahun 2011 hingga 2016, serta berperang dalam konflik 2006 dengan Israel. Dua komandan senior Hizbullah lainnya juga telah terbunuh dalam beberapa bulan terakhir.
Upaya Diplomasi untuk Menghindari Perang Total
AS dan Perancis berusaha keras untuk mencegah konflik ini berkembang menjadi perang habis-habisan yang dapat meluas ke seluruh wilayah. Washington, melalui upaya diplomasi antar-jemputnya, berharap dapat meredakan ketegangan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel dalam sebuah kesepakatan yang tidak terkait dengan konflik di Gaza.
Hizbullah dan Solidaritas terhadap Hamas
Konflik berskala kecil ini pecah setelah perang di Gaza dimulai. Hizbullah menyatakan serangan mereka sebagai bentuk solidaritas terhadap Hamas, kelompok sekutu Iran yang memulai perang di Gaza pada 7 Oktober dengan menyerang Israel selatan. Pimpinan Hizbullah menyatakan bahwa mereka akan menghentikan serangan begitu ada gencatan senjata di Gaza, namun juga siap untuk berperang jika diperlukan. (Stg)