Aksi Protes: “Alun-Alun Milik Rakyat, Bukan Golongan Tertentu!”
Malingping, suararepubliknews.com – Puluhan massa berkumpul di Alun-Alun Malingping pada Sabtu, 24 Agustus 2024, untuk menggelar aksi protes terkait pembatalan mendadak saresehan sosialisasi KPU yang rencananya akan menghadirkan artis populer, The Virgin. Kekecewaan mendalam terhadap pembatalan acara ini mendorong para peserta untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka dengan lantang.
Batalnya Sosialisasi KPU dan Penampilan The Virgin: Pukulan Bagi Musisi dan Pedagang Lokal
Massa yang didominasi oleh kalangan muda dan pelaku industri kreatif menyatakan bahwa pembatalan acara tersebut berdampak negatif tidak hanya pada sosialisasi pemilu, tetapi juga pada keberlangsungan hidup para musisi dan pedagang lokal. Mereka menilai bahwa keputusan untuk membatalkan acara sama saja dengan “membunuh mata pencaharian” mereka.
Menurut beberapa peserta aksi, pembatalan tersebut bukan hanya sekadar menggagalkan sosialisasi KPU, tetapi juga menghilangkan kesempatan berharga bagi musisi lokal untuk tampil dan mendapatkan penghasilan. Selain itu, para pedagang yang biasanya memperoleh keuntungan dari keramaian di alun-alun juga mengalami kerugian besar.
Orasi Massa: “Alun-Alun Adalah Pusat Keberagaman, Bukan Milik Satu Golongan!”
Dalam orasinya, salah satu peserta aksi, dengan penuh emosi, menuding bahwa pembatalan ini adalah hasil dari upaya segelintir pihak yang sengaja menghalangi izin penggunaan alun-alun. “Kami kecewa! Bukankah alun-alun ini milik kita semua, bukan milik satu orang tertentu? Karena sejatinya alun-alun adalah pusat kumpulnya manusia, pusat kreativitas, tempat berkumpulnya keberagaman, bukan milik golongan tertentu!” serunya dengan tegas.
Pernyataan ini disambut dengan sorak-sorai setuju dari massa yang hadir. Mereka merasa bahwa hak mereka untuk menggunakan ruang publik telah dirampas oleh kepentingan segelintir pihak yang berusaha mengontrol akses ke alun-alun. Massa juga menekankan bahwa sangat sulit bagi musisi lokal untuk mendapatkan izin menggunakan alun-alun, yang seharusnya menjadi tempat bagi semua orang untuk mengekspresikan diri dan berkreativitas.
Tuntutan untuk Keadilan: “Berikan Kami Kesempatan yang Sama!”
Para demonstran, yang sebagian besar terdiri dari anak-anak muda dan pelaku industri kreatif, menuntut agar pihak berwenang bersikap adil dalam memberikan izin penggunaan alun-alun. Mereka menekankan bahwa alun-alun harus tetap menjadi tempat terbuka bagi semua kalangan tanpa diskriminasi. Mereka meminta pemerintah daerah untuk segera mengambil tindakan yang memastikan bahwa kejadian seperti ini tidak terulang kembali.
Aksi ini menyoroti pentingnya alun-alun sebagai ruang publik yang inklusif dan bebas dari intervensi pihak-pihak yang memiliki kepentingan pribadi. Massa berharap bahwa suara mereka didengar dan bahwa keadilan dapat ditegakkan demi kelangsungan kreativitas dan kehidupan ekonomi masyarakat lokal.
Dengan orasi yang penuh semangat dan tuntutan yang jelas, massa berharap pemerintah daerah segera merespons dan memberikan jaminan bahwa alun-alun tetap menjadi milik rakyat, tempat di mana semua orang dapat berkumpul, berkreativitas, dan mencari penghidupan tanpa hambatan.