Bandung, suararepubliknews.com – ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Dengan ADHD, seorang anak memiliki perbedaan dalam perkembangan dan aktivitas otak yang memengaruhi konsentrasi atau perhatian, kemampuan duduk diam, dan pengendalian diri. Namun, tidak semua anak yang mengalami gangguan konsentrasi berarti mengalami ADHD. Masalah konsentrasi pada anak bisa disebabkan oleh beragam hal lainnya.
Penyebab Gangguan Konsentrasi pada Anak
Kecemasan
Pada anak-anak yang lebih kecil, kecemasan perpisahan (separation anxiety) adalah yang paling sering menyebabkan kesulitan berkonsentrasi. Anak mungkin cemas akan berpisah lama dengan orang tua dan memikirkan kejadian yang buruk saat terpisah dari orang tua. Anak-anak juga mungkin mengalami kecemasan seperti takut membuat kesalahan atau takut dipermalukan sehingga sulit berkonsentrasi.
Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
Anak-anak juga mungkin terganggu konsentrasinya saat mengalami gangguan obsesif kompulsif. Gangguan OCD disebabkan karena perasaan bahwa perilaku yang ada di pikiran akan mencegah terjadinya hal-hal buruk dan membuatnya merasa lebih baik. Alih-alih menyelesaikan tugas dan fokus pada tugasnya, anak-anak mungkin lebih memilih melakukan apa yang ada di pikirannya.
Stres atau Trauma
Anak-anak yang menyaksikan suatu hal tidak menyenangkan atau mengalami kekerasan mungkin lebih kesulitan dalam berkonsentrasi. Seperti dilansir dari media AiCAre, peristiwa traumatis membuat anak-anak tidak memiliki rasa aman sehingga ketakutan dan kecemasan lebih menguasai diri.
Gangguan Belajar
Anak-anak yang lebih banyak menjelajah dan membuka-buka halaman buku ketimbang membacanya mungkin mengalami gangguan belajar seperti disleksia. Disleksia bisa menyebabkan anak merasa dipermalukan dan frustrasi terutama bila melihat anak lain bisa membaca dengan lancar.
Bagaimana Membedakan Gangguan Konsentrasi Karena ADHD atau Penyebab Lainnya?
Gangguan konsentrasi karena ADHD berbeda dari masalah konsentrasi akibat penyebab lainnya. Anak dengan ADHD sulit berkonsentrasi pada suatu hal karena mudah terdistraksi. Mereka mungkin lebih banyak melamun, melupakan barang, dan tampak linglung. Mereka juga hiperaktif, kesulitan untuk duduk diam di kursinya, serta berperilaku impulsif.
Bagaimanapun, diagnosis ADHD tidak bisa dilakukan hanya dengan melihat perilaku anak selama di sekolah saja. Anda perlu membawa anak mengunjungi dan berkonsultasi dengan ahlinya agar mendapatkan diagnosis yang akurat.
Memiliki anak dengan ADHD bisa sangat menantang karena mereka mungkin tidak bisa mengikuti aktivitas di sekolah sama baiknya seperti teman-teman sekelasnya. Untuk itu, anak dengan ADHD perlu menjalani pengobatan dan perawatan untuk membantunya lebih fokus dan berkonsentrasi, mengendalikan diri dengan lebih baik, serta mengembangkan kemampuan sosial dan emosional yang sama seperti anak-anak seusianya. (Stg)