Pemerintah diharapkan memberikan perlindungan dan pembinaan untuk mendukung pelukis dalam menghadapi tantangan global seni rupa
Jakarta, suararepubliknews.com – Dalam semangat Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, pemerintah memiliki tanggung jawab membantu seniman, terutama pelukis, untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan strategi pemasaran modern. Hal ini penting mengingat perubahan signifikan dalam pasar seni rupa global dibandingkan pola tradisional. Pernyataan ini disampaikan oleh budayawan Wina Armada Sukardi dalam pameran lukisan yang digelar oleh Asosiasi Perupa Nusantara (ASPEN) di Gedung Imperium, Jakarta, Selasa (10/12).
Wina Armada, yang juga dikenal sebagai kolektor lukisan dan kritikus film, menegaskan bahwa pemerintah wajib mengangkat seni Indonesia ke panggung internasional sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Menurutnya, para pelukis tidak cukup hanya menguasai keterampilan teknis berkarya, tetapi juga harus memahami prinsip-prinsip pemasaran modern agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Empat Pilar Pemajuan Kebudayaan
Wina mengingatkan pentingnya penerapan empat asas dalam pemajuan kebudayaan—pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan. Ia menekankan perlunya perlindungan dan pembinaan bagi pelukis untuk membuka peluang mereka di kancah internasional.
Sebagai langkah konkret, Wina mengusulkan adanya program seperti “pelukis negara” yang mendapatkan dukungan finansial dari pemerintah, serupa dengan konsep “sastrawan negara” di beberapa negara tetangga. Ia mengingatkan bahwa pada era Presiden Soekarno, karya pelukis istana dibeli dan dikoleksi, sehingga memberikan keamanan ekonomi bagi seniman.
“Sudah saatnya negara memberikan perhatian serius kepada pelukis, termasuk memberikan bantuan kesejahteraan untuk mereka yang membutuhkan,” ujar Wina.
Langkah Strategis yang Diperlukan
Wina mengusulkan pembuatan basis data nasional yang mencakup biodata pelukis, daftar karya, hingga ulasan terhadap karya tersebut. Basis data ini dapat digunakan untuk menentukan kualitas dan harga karya pelukis, sehingga memudahkan pemasaran serta pengakuan seniman berbakat.
Ia juga menyoroti kurangnya publikasi dan penjabaran filosofi karya pelukis Indonesia, yang menjadi kendala dalam menarik perhatian pasar internasional. Padahal, menurutnya, kualitas karya pelukis Indonesia jauh lebih baik dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
Pameran Harmoni Merah Putih Nusantara
Pameran “Harmoni Merah Putih Nusantara” yang diikuti oleh 56 pelukis dengan 57 karya, menjadi wadah diskusi penting mengenai tantangan dan peluang pelukis Indonesia. Pameran ini dibuka oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dengan diskusi yang juga menghadirkan Restog Krisna Kusuma sebagai pembicara.
Wina berharap langkah-langkah strategis ini dapat mengurangi kesulitan ekonomi yang sering dialami pelukis di masa tua, terutama saat sakit. “Jangan sampai ada lagi pelukis yang meninggal dalam kesengsaraan,” tutupnya.
Pewarta: Mzr &Stg
Editor: Stg
Copyright © suararepubliknews 2024










