Pada malam hari, para wanita penjaja beroperasi di kota ‘Medellin’, Kolombia, di mana kota ini sedang ‘booming’ pariwisata ‘esek-esek’ yang meningkatkan wisata prostitusi dan pada akhirnya menyeret para gadis di bawah umur.
Madelin, suararepubliknews.com – Kota ini dikenal identik dengan pelanggaran hukum, tempat kelahiran Pablo Escobar ini telah menjadi hotspot trendi bagi para turis dan penjelajah digital yang tertarik dengan pemandangan pegunungan dan kehidupan malamnya yang gemerlap.
Namun, masih ada sisi kumuh dan berbahaya di sana, dimana masih ada PSK yang masih anak-anak yang ditawarkan kepada para turis, dan beberapa kejadian kriminal dimana turis dibius dan dibunuh oleh pasangannya yang berkenalan melalui aplikasi kencan di Kolombia.
“Wanita menjadi penggerak pariwisata di Medellin karena para pria datang ke Kolombia untuk mencari wanita dan untuk berpesta,” ujar seorang PSK yang mengaku bernama Milena dan berusia 30-an tahun kepada AFP.
Milena mengatakan bahwa ia mendapatkan penghasilan antara $150 hingga $300 (sekitar 2 Juta Rupiah) per malam, setara dengan upah minimum bulanan di Kolombia.
Dilansir dari media ‘Digital Journal’, prostitusi adalah hal yang legal di Kolombia, namun beberapa kasus menonjol tentang anak-anak yang dieksploitasi oleh para wisatawan membuat pemerintah setempat waspada terhadap kegiatan pariwisata berbasis prostitusi.
Para pedofil “memanfaatkan kesempatan datang ke sini dan melakukan aktivitas intim dengan anak-anak,” kata Jazmin Santa, seorang anggota organisasi independen yang memerangi eksploitasi seksual anak di bawah umur.
Walikota Medellin, Federico Gutierrez, menyatakan bahwa kota ini telah mencapai “titik terendah” setelah seorang warga negara Amerika Serikat, 36 tahun, ditemukan polisi bersama dua anak perempuan berusia 12 dan 13 tahun di kamar hotelnya yang mewah pada akhir Maret lalu.
Dia dibebaskan dan kembali ke Amerika Serikat, yang memicu kemarahan masyarakat yang ada di Kolombia.
Gutierrez menghentikan untuk sementara kegiatan prostitusi di pusat kota yang ramai dikunjungi turis, ‘El Poblado’, dan menyatakan akan memberantas geng-geng atau komplotan yang terlibat dalam perdagangan anak-anak.
Namun para pekerja prostitusi masih terlihat secara terbuka bernegosiasi dengan para turis di daerah tersebut. Setidaknya puluhan wisatawan asing telah ditangkap di Medellin tahun ini karena diduga melakukan eksploitasi seksual terhadap anak-anak, menurut polisi.
Bisa dikatakan dewasa di Kolombia setelah berusia ‘14 tahun’, namun bertransaksi untuk anak di bawah umur, yaitu untuk melakukan hubungan intim adalah ilegal.
Lembaga perlindungan anak di Kolombia, ‘Santa’, mencatat ada 714 anak yang menjadi korban eksploitasi seksual antara tahun 2020 dan 2022, berdasarkan data kepolisian.
Pada bulan April, media lokal mempublikasikan dugaan obrolan seorang warga negara Kolombia-Amerika yang telah bernegosiasi dengan oknum penyelundup dan perdagangan perempuan untuk memperkosa anak di bawah umur “10 atau 11 tahun” dengan imbalan 150 dolar AS dan satu unit iPhone XS.
Tersangka “telah keluar masuk ke Negara Kolombia sebanyak 45 kali sejak tahun 2022. Pelecehan terhadap anak-anak kami telah terjadi dengan intensitas tinggi selama bertahun-tahun,” kata walikota Gutierrez.
Menurut balai kota, jumlah pengunjung ke Medellin telah meningkat tujuh kali lipat dalam waktu kurang dari satu dekade, dengan 1,5 juta orang datang ke kota itu tahun lalu, setengahnya adalah turis dari luar.
“Sebagian besar turis tidak datang untuk bersenang-senang… tentu saja ada hiburan lainnya, selama mereka melakukannya secara legal, kami selaku pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Menteri Pariwisata Medellin, Jose Gonzalez, kepada media.
Dia mengatakan bahwa kota ini ingin berkonsentrasi pada “wisata kesehatan, wisata olahraga dan petualangan digital.”
Pada bulan Maret, Gutierrez mengusulkan untuk mengatur regulasi terkait transaksi sewa jangka pendek di website seperti Airbnb setelah beberapa apartemen digunakan untuk mengadakan pesta dengan gadis-gadis di bawah umur. Sejak saat itu, ia telah menandatangani perjanjian dengan platform tersebut untuk bertukar informasi mengenai tamu yang dicurigai melakukan tindakan kriminal.
Kantor walikota menyatakan bahwa pembatasan prostitusi di beberapa daerah adalah upaya untuk “menakut-nakuti” para peminat layanan prostitusi.
Namun, presiden serikat pekerja esek-esek di wilayah tersebut, Valery Ramirez, mengatakan bahwa larangan tersebut “bersifat menghukum dan tidak konstitusional.”
Carl Manz, seorang warga Amerika berusia 33 tahun yang sedang mengunjungi Medellin untuk menonton turnamen sepak bola amatir, bukannya tidak menyadari adanya prostitusi yang hanya berjarak beberapa blok dari tempatnya menginap. “Jika itu adalah budaya di sini, saya menghormatinya. Tapi saya akan fokus memperhatikan urusan saya sendiri,” katanya. (Stg)










