Pengaruh Kata-Kata Sederhana pada Dinamika Tim yang Mampu Mengubah Nasib Perusahaan
AS, suararepubliknews.com – Ketika efisiensi di tempat kerja menjadi semakin krusial dalam dunia bisnis modern, siapa yang menyangka bahwa kata-kata sederhana seperti “tolong” dan “terima kasih” dapat memegang kunci utama dalam menentukan sukses atau gagalnya kinerja tim? Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Applied Psychology menunjukkan bahwa ketidaksopanan di tempat kerja bukan hanya gangguan kecil, tetapi sebuah ancaman serius yang dapat merusak produktivitas dan bahkan berpotensi membahayakan nyawa.
Dampak Ketidaksopanan: Dari Gangguan Menjadi Sabotase Senyap
Ketidaksopanan seringkali dianggap sebagai masalah interpersonal yang tidak penting, namun penelitian terbaru ini menegaskan bahwa perilaku tidak sopan bisa menjadi sebuah sabotase senyap yang merusak integritas tim. Tim peneliti internasional dari University of Florida, Indiana University, dan beberapa institusi di AS dan Israel menemukan bahwa bahkan kekasaran ringan dapat berdampak signifikan pada kinerja tim.
Dalam serangkaian lima penelitian inovatif, para peneliti mengungkapkan bagaimana ketidaksopanan bisa menghancurkan kerja sama tim. Dari eksperimen laboratorium sederhana hingga simulasi medis dengan risiko tinggi, ketidaksopanan terbukti mampu merusak fungsi tim secara dramatis. Penelitian ini menunjukkan bahwa komentar kasar dari sumber eksternal dapat menyebabkan penurunan kualitas kinerja tim hingga 44%, sebuah temuan yang mengejutkan mengingat kecilnya intensitas dari komentar tersebut.
Ketidaksopanan: Sebuah Ancaman Sosial yang Mengguncang Dinamika Tim
Bagaimana kekasaran bisa memiliki efek yang begitu merusak? Para peneliti menemukan bahwa ketidaksopanan bertindak sebagai ancaman sosial yang memicu respons defensif pada anggota tim. Ancaman ini mengalihkan fokus individu dari pola pikir kolaboratif ke pola pikir melindungi diri sendiri, yang akhirnya menurunkan tingkat Orientasi Nilai Sosial (SVO)—yaitu, sejauh mana seseorang memprioritaskan kepentingan kolektif di atas kepentingan pribadi.
Pergeseran ini mengakibatkan penurunan dalam pembagian informasi dan distribusi beban kerja, dua elemen penting dalam kerja tim yang efektif. Dalam konteks medis, misalnya, hal ini bisa berakibat pada pelaksanaan prosedur penyelamatan nyawa yang kurang optimal.
Implikasi Global: Ketidaksopanan Bukan Hanya Masalah Medis
Dampak dari ketidaksopanan ini tidak hanya terbatas pada bidang medis. Baik itu di ruang rapat perusahaan besar atau toko ritel lokal, kekasaran yang datang dari atasan, rekan kerja, atau pelanggan dapat secara konsisten menurunkan kerja sama tim, yang akhirnya mengarah pada hasil yang lebih buruk secara keseluruhan. Dengan lebih dari 50% karyawan melaporkan adanya ketidaksopanan di tempat kerja setiap minggunya, penting bagi perusahaan untuk mengatasi masalah ini secara serius.
Membangun Lingkungan Kerja yang Mengutamakan Kesopanan
Menyadari pentingnya kesopanan dalam dinamika tim, para peneliti menyarankan perusahaan untuk mengambil langkah proaktif dalam menciptakan lingkungan kerja yang menghargai rasa hormat dan kesopanan. Ini bisa dilakukan melalui program pelatihan yang membangun ketangguhan terhadap ketidaksopanan atau praktik-praktik kesadaran yang membantu karyawan mempertahankan fokus kolektif meskipun dihadapkan pada tantangan interpersonal.
Sebagai kesimpulan, penelitian ini menggarisbawahi bahwa dalam dunia kerja yang seringkali terlalu fokus pada inovasi besar, mungkin kesopanan yang paling kecil sekalipun dapat menjadi faktor penentu dalam membangun tim yang sukses dan tangguh. Bagi perusahaan yang ingin terus maju, pengakuan terhadap kekuatan kesopanan mungkin bisa menjadi rahasia dalam mencapai kesuksesan jangka panjang.
Efek Ketidaksopanan yang Konsisten dan Signifikan
Sperti dilansir dari media StudyFind, penelitian ini konsisten menunjukkan bahwa ketidaksopanan mengarah pada kinerja tim yang lebih buruk di berbagai pengaturan kerja. Sikap kasar menyebabkan penurunan Orientasi Nilai Sosial (SVO), yang mengakibatkan pembagian informasi dan koordinasi tim yang lebih buruk. Efek negatif ini tetap ada, terlepas dari siapa yang menjadi sumber ketidaksopanan, baik atasan, rekan kerja, maupun pelanggan, dan berlaku di berbagai jenis tim.
Pada akhirnya, temuan ini memperkuat argumen bahwa kesopanan, meskipun tampak sepele, mungkin adalah elemen krusial dalam membangun tim yang tidak hanya produktif tetapi juga tahan banting dalam menghadapi tantangan. (Stg)







