Home / Tak Berkategori

Minggu, 7 Juli 2024 - 17:41 WIB

Komunitas Muslim Prancis Khawatirkan Pemerintahan Sayap Kanan dalam Pemilu Putaran Kedua

Vanessa mengajak umat Islam untuk bertindak mencegah kelompok ekstrem kanan melancarkan rencana rasis ini, dan mendesak warga untuk pergi ke tempat pemungutan suara di putaran kedua

Vanessa mengajak umat Islam untuk bertindak mencegah kelompok ekstrem kanan melancarkan rencana rasis ini, dan mendesak warga untuk pergi ke tempat pemungutan suara di putaran kedua

Paris, suararepubliknews.com – Komunitas Muslim di Prancis kini merasa khawatir menjelang putaran kedua pemilihan umum yang akan segera digelar. Kekhawatiran ini muncul setelah Presiden Emmanuel Macron membubarkan Majelis Nasional, majelis rendah parlemen Prancis, pada 9 Juni lalu. Prancis kini sedang menjalani proses pemilihan umum yang dimajukan.

Pada putaran pertama pemilihan umum yang diadakan pada 30 Juni, partai sayap kanan National Rally (RN) memperoleh suara terbanyak. Dengan RN dan sekutunya mengumpulkan lebih dari 33 persen suara, umat Muslim di negara ini merasa resah tentang kemungkinan terbentuknya pemerintahan sayap kanan.

Kekhawatiran Terhadap Kebijakan Sayap Kanan

Kelompok sayap kanan, khususnya RN, telah lama menganjurkan larangan mengenakan jilbab di tempat umum dan pelarangan penyembelihan hewan secara halal. Perwakilan komunitas Muslim mengkhawatirkan pembatasan kebebasan beribadah dan perlakuan diskriminatif sebagai warga “kelas dua”.

Untuk membahas kebangkitan kelompok sayap kanan menjelang putaran kedua pemilu, sebuah konferensi bertajuk “Untuk Republik, Untuk Prancis” baru-baru ini diadakan di Masjid Agung Paris. Acara ini dihadiri oleh Chems-Eddine Hafiz, rektor masjid; Kamel Kabtane, rektor Masjid Agung Lyon; dan Azzedine Taibi, walikota Stains, bersama perwakilan organisasi masyarakat sipil.

Seruan untuk Menggunakan Hak Pilih

Hafiz mengajak seluruh warga, apa pun keyakinannya, untuk menggunakan hak pilih mereka pada putaran kedua pemilu yang akan berlangsung pada 7 Juli. “Pada hari-hari yang menentukan bagi masa depan Prancis ini, kami berdiri teguh menentang proyek, ideologi, dan akar partai Rapat Umum Nasional,” kata Hafiz. Dia menegaskan bahwa proyek dan retorika politik RN dibangun atas Islamofobia dan isu yang menakutkan. Menurut Hafiz, umat Islam tidak bisa menjadi “kambing hitam” atas masalah-masalah sosial yang berasal dari penyebab lain.

Hafiz juga menekankan pentingnya peran orang tua warga Muslim dalam pembangunan Prancis. “Kami tidak terlibat dalam politik; kami menentang bahaya yang menjadi perhatian kita semua,” ujar Hafiz. Dia juga menyerukan kepada lembaga-lembaga keagamaan dari semua agama untuk menentang kebangkitan kelompok sayap kanan, dengan mengatakan, “Kita tidak boleh membiarkan masa depan kita ditentukan oleh rasa takut dan perpecahan.”

Risiko Kebijakan Diskriminatif

Kabtane menekankan bahwa pernyataan sejumlah politisi RN tentang pelarangan jilbab di depan umum dan penutupan sejumlah masjid hanya dapat menimbulkan kekhawatiran. “Komunitas Muslim harus bertindak melawan janji-janji kelompok sayap kanan tersebut,” katanya. Kabtane juga menyinggung risiko dari kelompok sayap kanan yang anti-Muslim dan anti-Semit, yang mungkin akan berkuasa dalam beberapa hari.

Kekhawatiran di Kalangan Muslim

Vanessa, seorang dosen Ilmu Agama Islam di Prancis, mengatakan kepada Anadolu bahwa gerakan sayap kanan telah bangkit “tanpa disadari orang-orang” dalam beberapa tahun terakhir. “Hal ini menimbulkan banyak kekhawatiran,” kata Vanessa. Menurutnya, ada berbagai alasan di balik warga yang memilih partai sayap kanan, sebagian karena bosan dengan politisi, sebagian lagi karena kondisi ekonomi. “Kami merasa menjadi sasaran dalam banyak pidato kaum ekstrem kanan sebagai Muslim,” tambahnya. Vanessa juga mengingatkan bahwa para pemimpin ekstrem kanan mengumumkan bahwa mereka akan menutup 170 masjid yang mereka anggap “radikal” dan melarang jilbab serta penyembelihan halal di tempat umum.

Seruan untuk Bertindak

Vanessa mengajak umat Islam untuk bertindak mencegah kelompok ekstrem kanan melancarkan rencana rasis ini, dan mendesak warga untuk pergi ke tempat pemungutan suara di putaran kedua. Nora, seorang Muslim lainnya, mengatakan dia memilih pada putaran pertama pemilihan umum untuk mencegah bangkitnya kelompok sayap kanan. “Kelompok sayap kanan mengobarkan kebencian di negara ini dan mencoba mengadu domba warga satu sama lain,” kata Nora. “Umat Islam memenuhi kewajiban mereka dengan memberikan suara. Memang ada ketakutan, itu benar. Kami mencari dukungan,” tambahnya. (Stg)

Sumber: Anadolu Agency

Share :

Baca Juga

Polresta Cirebon Libatkan 1.443 Personil Gabungan Selama Operasi Lilin Lodaya 2024
Bupati Humbahas Berikan BLT Kepada 5000 KK Lebih.
Malam ini, Prediksi Persebaya Surabaya VS Barito Putera
Siswa SMP Alami Cedera Serius saat Kerja di Sekolah, UPT SMP Negeri 10 Parsingguran Dinilai Lalai Jaga Keselamatan
Persiapan Menyambut Even Dunia F1 H2O Polres Humbahas dan Forkopimda Laksanakan Gotong Royong Massal
Polresta Cirebon Gelar Patroli Sahur dilanjutkan dengan Shalat Subuh Keliling Berjamaah
Ishak ( Oday ) Seorang Jurnalis Media Online Merak Nusantara Tutup Usia 46 Tahun Karena Sakit, FMBN Turut Berduka.
Polresta Cirebon Laksanakan Penanaman Ribuan Bibit Pohon Serentak

Contact Us