Minsk, suararepubliknews.com – Rusia mengumumkan upayanya untuk mencegah semakin banyak negara terjerumus dalam konflik Timur Tengah. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dalam konferensi pers bersama rekannya dari Belarusia, Sergey Aleinik, Selasa (25/06), di Minsk.
“Mengenai kemungkinan semakin banyak negara yang terlibat dalam perang di Timur Tengah, kami melakukan segalanya untuk mencegah hal ini terjadi,” ujar Lavrov. Ia menambahkan bahwa Moskow mengetahui “sangat baik” siapa yang berada di balik ide-ide untuk memperluas konflik ini, mengisyaratkan bahwa beberapa pemimpin menggunakan situasi tersebut untuk mempertahankan posisi politik mereka di dalam negeri.
Lavrov tengah berada di Minsk untuk kunjungan resmi selama dua hari. Dilansir dari Media Anews, dalam kesempatan tersebut, ia juga menyinggung isu perang Rusia-Ukraina. Menurutnya, hampir semua tindakan negara-negara Barat sejak dimulainya perang tersebut diarahkan dengan ultimatum kepada Moskow.
Lavrov menegaskan bahwa tidak ada “negosiasi bawah tanah” yang berlangsung, dan menyalahkan Barat karena menolak mengatur negosiasi secara adil. Ia juga menyebut bahwa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah melarang kepemimpinan Ukraina untuk bernegosiasi dengan Rusia.
Selain itu, Lavrov mengklarifikasi bahwa Rusia belum menerima permintaan apapun mengenai kemungkinan diadakannya konferensi kedua mengenai Ukraina. Ia menambahkan bahwa semua formulasi yang diajukan Barat sejalan dengan kebijakan ultimatum terhadap Rusia, yang menurutnya tidak dapat diterima.
Kunjungan Lavrov ke Minsk menjadi momen penting untuk memperkuat hubungan Rusia dengan Belarusia, sekaligus menegaskan posisi Rusia dalam konflik Timur Tengah dan perang di Ukraina. Lavrov menekankan bahwa Rusia akan terus berupaya menjaga stabilitas regional dan mencari solusi diplomatik untuk berbagai konflik yang sedang berlangsung. (Stg)