Bandung, suararepubliknews.com – Selama tahap perkembangan, anak memiliki lebih dari 10 triliun sel otak. Namun, setiap bentakan atau amarah dari orang tua mampu membunuh lebih dari 10 miliar sel otak sekaligus. Sebaliknya, pujian, senyuman, dan kasih sayang mampu meningkatkan pertumbuhan sel otak hingga 10 triliun. Begitu besar pengaruh orang tua terhadap perkembangan anak, bahkan dalam segi biologisnya.
Memarahi atau membentak anak tidak hanya merusak sel otak, tetapi juga berdampak buruk pada perkembangan emosional, psikologis, dan sikap anak. Baik buruknya perkembangan anak sangat bergantung pada didikan orang tua. Oleh karena itu, dilansir dari media DosenPsikologi, untuk mendapatkan anak yang berkualitas, diperlukan didikan yang baik dan penuh kasih sayang. berikut ini adalah beberapa dampak negatif dari sering memarahi anak:
- Anak Menjadi Tidak Percaya Diri
Akibat sering dimarahi, anak merasa selalu salah dan takut melakukan kesalahan, sehingga kehilangan rasa percaya diri. Anak menjadi ragu terhadap apa yang dipikirkan dan ingin dilakukan, dan akhirnya memilih untuk tidak melakukan apa pun demi menghindari amarah orang tua.
- Anak Memiliki Sifat Egois dan Keras Kepala
Perilaku orang tua yang terus-menerus memarahi anak membuat anak tumbuh menjadi egois dan keras kepala. Anak berusaha melindungi diri dari rasa sakit akibat amarah orang tua dengan menjadi pribadi yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan sulit menerima masukan dari orang lain.
- Anak Suka Menentang
Anak yang sering dimarahi cenderung ingin membela diri, sehingga muncul perilaku menentang. Anak menjadi berani berbicara kasar dan menentang orang tua, merasa bahwa apa pun yang dikatakan orang tua selalu salah.
- Anak Menjadi Apatis dan Tidak Peduli Terhadap Sekitarnya
Anak yang sering dimarahi tumbuh menjadi pribadi yang apatis, kurang peduli terhadap lingkungan sekitar dan orang-orang terdekat. Anak hanya peduli terhadap kesenangannya sendiri dan bagaimana mendapatkan apa yang diinginkan.
- Memiliki Pribadi Introvert atau Tertutup
Beberapa anak menunjukkan sikap introvert atau tertutup. Mereka lebih pendiam dan suka menyendiri, merasa bahwa dirinya tidak pernah melakukan hal yang benar dan tidak memiliki kemampuan untuk membanggakan orang tua.
- Anak Menjadi Pemarah
Akibat sering dimarahi, anak merasa jenuh dan ingin keluar dari situasi tersebut. Anak berusaha memberontak dan menjadi lebih pemarah, sulit diatur, dan lebih suka berada di luar rumah.
- Anak Menjadi Depresif
Anak yang lembut dan memiliki hati yang lemah akan merespons berbeda. Semakin sering dimarahi, anak menjadi semakin tidak responsif dan larut dalam kesedihan, bahkan menjadi depresif.
- Tidak Memiliki Inisiatif
Anak tumbuh pasif, tidak mampu memiliki inisiatif atau kreativitas. Mereka hanya mengikuti apa yang dikatakan orang tua demi mendapatkan situasi yang aman.
- Anak Menjadi Trauma
Suara keras dan kata-kata kasar dari orang tua menimbulkan trauma yang merusak perkembangan mental anak. Trauma ini menghambat perkembangan anak lebih lanjut.
- Menjadi Penakut
Anak tumbuh menjadi penakut, takut melakukan kesalahan, dan merasa tidak mampu melakukan banyak hal dengan benar.
- Tingkat Kecerdasan Menurun
Anak yang sering dimarahi cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang menurun. Mereka hanya fokus mencari kesenangan dan kenyamanan, sehingga prestasi akademisnya menurun.
- Meniru Perilaku Orang Tua
Anak cenderung meniru perilaku kasar dan berteriak yang ditunjukkan oleh orang tua, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang kasar.
- Memiliki Etika Sosial yang Buruk
Anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh amarah cenderung memiliki etika sosial yang buruk, seperti sikap egois, kurang peduli, dan tidak sensitif.
- Tidak Mampu Bermimpi Besar
Anak hanya memikirkan kesenangannya sendiri dan tidak mampu merencanakan masa depan yang cerah.
- Jantung Anak Mudah Kelelahan
Ketakutan akan suara keras membuat jantung anak mudah kelelahan, sehingga anak menjadi kalem dan tidak suka aktivitas berat.
- Lebih Banyak Melamun
Anak yang sering dimarahi cenderung lebih banyak melamun, merasa hampa, dan tidak memiliki tujuan.
- Lebih Mudah Merasa Sedih atau Stres
Tekanan dari orang tua membuat anak lebih sering merasa sedih dan stres, dengan jiwa yang lemah dan sulit mengendalikan diri.
- Gangguan Kepribadian Paranoid
Dampak memarahi anak secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kepribadian paranoid, menghambat perkembangan anak, dan mempengaruhi masa depannya.
Peran orang tua sangat penting dalam membentuk generasi muda yang berkualitas. Tidak hanya fisik, tetapi juga pikiran dan hati anak perlu dijaga dan dirawat dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mendidik anak dengan penuh kasih sayang dan pengertian, demi masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita. (Stg)










