Jakarta, suararepubliknews.com – Dalam menghadapi Pilkada DKI Jakarta 2024, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) disarankan untuk mengusung kadernya sendiri sebagai calon gubernur. Ketua Koalisi Pemerhati Jakarta Baru (Katar), Sugiyanto, menyampaikan bahwa mengusung kader internal akan memperkuat legitimasi dan menunjukkan komitmen PDIP dalam mendukung anggotanya.
PDIP Harus Tetap Setia pada Prinsipnya
Sugiyanto menegaskan bahwa PDIP sebaiknya tetap setia pada prinsipnya untuk mengusung kader internal. Menurutnya, kemenangan yang diraih dengan mengusung kader sendiri akan memberikan legitimasi yang kuat bagi partai. Sebaliknya, jika kalah, PDIP masih dapat menerima hasil tersebut dengan kepala tegak karena telah setia pada prinsipnya.
“Lebih baik kalah terhormat dengan mengusung kader PDIP sendiri daripada kalah dengan mendukung calon yang bukan kader PDIP. Prinsip ini akan menjaga soliditas partai dan menunjukkan bahwa PDIP adalah partai yang berpegang teguh pada prinsip dan loyalitas kepada kadernya sendiri,” tegas Sugiyanto.
Pilkada Jakarta Lebih dari Sekadar Perebutan Kursi Gubernur
Sugiyanto juga mengingatkan bahwa Pilkada Jakarta bukan hanya tentang memenangkan kursi gubernur. Menurutnya, ada hal yang lebih prinsipil, yaitu menjaga integritas dan identitas partai di mata para pendukung dan konstituen.
“Slogan seperti ‘PDIP tidak takut kalah karena mengusung kader PDIP sendiri daripada salah memilih orang yang bukan kader PDIP’ penting menjadi pegangan,” ujar Sugiyanto.
Kunjungan Anies Baswedan dan Dilema PDIP
Kunjungan Anies Baswedan ke kantor DPD PDIP DKI Jakarta pada Sabtu (24/8) telah menimbulkan tanda tanya di kalangan publik. Anies, yang belum mengantongi dukungan resmi dari partai politik manapun, dikabarkan bertemu dengan beberapa petinggi PDIP. Namun, dengan pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur yang akan dibuka oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta mulai Selasa (27/8), PDIP dihadapkan pada pilihan yang sulit.
Dalam konteks Pilkada Jakarta, PDIP sedang menghadapi dilema antara mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atau Anies Baswedan. Meskipun keduanya adalah mantan Gubernur Jakarta, Sugiyanto menilai bahwa mendukung Ahok akan memberikan sejumlah keuntungan strategis bagi PDIP.
Loyalitas Ahok kepada PDIP Jadi Pertimbangan
Sugiyanto menjelaskan bahwa Ahok, sebagai kader PDIP, memiliki keuntungan strategis karena telah mengenal sistem jaringan partai dengan baik dan menunjukkan loyalitas tinggi kepada PDIP dan Megawati Soekarnoputri. Bukti nyata dari loyalitas Ahok adalah ketika ia memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Komisaris Utama Pertamina untuk fokus membantu dan memenangkan pasangan Capres dan Cawapres PDIP pada Pilpres Februari 2024 lalu, di mana Anies Baswedan juga menjadi salah satu lawan politik.
“Dengan mendukung Ahok, PDIP tidak hanya memperkuat posisi partai di mata publik, tetapi juga menunjukkan komitmen dalam mendukung kadernya yang memiliki kapasitas kepemimpinan yang terbukti,” tutup Sugiyanto. (Stg)