Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, Resmi Menggantikan Gus Yaqut sebagai Menteri Agama Republik Indonesia dalam Kabinet Merah Putih
Jakarta, suararepubliknews.com – Presiden Prabowo Subianto secara resmi menunjuk Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA sebagai Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia. Penunjukan ini diumumkan dalam rangkaian pengumuman Kabinet Merah Putih usai pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada Minggu malam, 19 Oktober 2024, di Istana Negara. Nasaruddin Umar menggantikan Yaqut Cholil Qoumas atau yang lebih dikenal dengan Gus Yaqut, dan diharapkan membawa perspektif keagamaan yang inklusif dan moderat di kementerian tersebut.
Nasaruddin Umar, Ulama Moderat dengan Pengalaman Luas di Dunia Keagamaan dan Akademik
Nasaruddin Umar bukan hanya dikenal sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, tetapi juga sebagai ulama terkemuka dengan wawasan yang luas tentang ajaran Islam dan pemikirannya yang moderat. Lahir di Ujung-Bone, Sulawesi Selatan, Nasaruddin meniti karir di dunia akademik dan keagamaan dengan rekam jejak yang sangat impresif. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Agama Republik Indonesia dari 2011 hingga 2014, di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sebagai seorang akademisi, Nasaruddin Umar juga aktif dalam menulis karya ilmiah, khususnya terkait isu-isu keislaman yang mendalam. Ia telah menulis lebih dari 12 buku, termasuk buku monumental berjudul Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Quran yang diterbitkan oleh Paramadina pada tahun 1999. Buku ini menjadi salah satu referensi penting tentang interpretasi gender dalam Al-Qur’an, sekaligus mempertegas komitmennya terhadap isu kesetaraan gender dalam perspektif Islam.
Pendidikan dan Karir Akademik yang Kaya Pengalaman
Perjalanan pendidikan Nasaruddin Umar dimulai di kampung halamannya di Ujung-Bone, di mana ia menyelesaikan sekolah dasar hingga pesantren di As’adiyah, Sengkang. Nasaruddin melanjutkan pendidikannya di Fakultas Syariah IAIN Alauddin, Ujung Pandang, hingga meraih gelar Sarjana Lengkap pada tahun 1984. Latar belakang akademisnya kemudian semakin kuat ketika ia melanjutkan studi S2 dan S3 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan fokus penelitian pada perspektif gender dalam Al-Qur’an.
Nasaruddin juga memperluas wawasannya dengan mengikuti program studi di luar negeri, seperti McGill University di Kanada dan Leiden University di Belanda. Selain itu, ia juga terlibat dalam berbagai penelitian dan program akademis di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan Prancis. Keaktifan Nasaruddin dalam dunia pendidikan internasional menjadikannya salah satu cendekiawan Muslim Indonesia yang dihormati di dunia global.
Pada 12 Januari 2002, Nasaruddin Umar dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Tafsir di Fakultas Ushuluddin, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pencapaian akademis ini semakin memperkokoh posisinya sebagai salah satu ulama dan akademisi terkemuka di Indonesia, terutama dalam bidang tafsir Al-Qur’an.
Kepemimpinan Moderat dan Dialog Antar Umat Beragama
Sebagai tokoh agama, Nasaruddin Umar dikenal sangat moderat dan pro-dialog antar umat beragama. Ia merupakan pendiri organisasi lintas agama yang memfasilitasi dialog antara berbagai kelompok keagamaan di Indonesia. Salah satu inisiatif pentingnya adalah membangun organisasi untuk Masyarakat Dialog Antar Umat Beragama, sebuah upaya yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antaragama di Indonesia.
Di level internasional, Nasaruddin juga terlibat sebagai anggota Tim Penasehat Inggris-Indonesia yang didirikan oleh mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair. Kiprahnya dalam mempromosikan toleransi dan dialog lintas agama tidak hanya diakui di dalam negeri, tetapi juga diakui secara global.
Harapan Baru untuk Kementerian Agama di Era Kepemimpinan Nasaruddin Umar
Penunjukan Nasaruddin Umar sebagai Menteri Agama membawa harapan baru bagi peningkatan kualitas hubungan antar umat beragama di Indonesia. Dengan pengalaman akademis yang luas dan pendekatan yang moderat, Nasaruddin diharapkan mampu mengatasi berbagai isu sensitif yang melibatkan agama dan kebangsaan. Kehadirannya sebagai Menteri Agama di Kabinet Prabowo-Gibran diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan keberagaman agama yang harmonis.
Tugas berat menanti Nasaruddin di Kementerian Agama, terutama dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan hubungan antar agama serta memperkuat pemahaman agama yang moderat dan inklusif di tengah masyarakat yang majemuk. Komitmen Nasaruddin dalam memajukan pendidikan Islam, dialog antar agama, serta memperjuangkan kesetaraan gender dalam Islam menjadi modal besar bagi keberhasilan dalam memimpin kementerian ini.
Editor: Stg
Copyright © suararepubliknews 2024










