Lebanon, suararepubliknews.com – Wakil pemimpin kelompok militan Hizbullah Lebanon, Sheikh Naim Kassem, menegaskan pada hari Selasa (02/07), bahwa satu-satunya jalan menuju gencatan senjata di perbatasan Lebanon-Israel adalah melalui gencatan senjata menyeluruh di Gaza. “Jika ada gencatan senjata di Gaza, kami akan berhenti tanpa adanya pembicaraan,” ujar Kassem dalam sebuah wawancara di kantor politik Hizbullah di kawasan pinggiran selatan Beirut.
Peran Hizbullah dalam Konflik
Hizbullah telah mengambil peran sebagai “front pendukung” bagi sekutunya, Hamas, dalam perang melawan Israel. Kassem menambahkan bahwa jika perang berakhir, maka dukungan militer dari Hizbullah tidak lagi diperlukan.
Namun, Kassem memperingatkan bahwa jika Israel mengurangi operasi militernya tanpa perjanjian gencatan senjata resmi dan penarikan penuh dari Gaza, situasi di perbatasan Lebanon-Israel menjadi lebih tidak pasti.
Perkembangan Perang dan Gencatan Senjata
Perang ini bermula pada 7 Oktober setelah militan Hamas menyerbu Israel selatan, mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 250 orang diculik. Israel merespons dengan serangan udara dan darat yang menghancurkan Gaza dan menyebabkan lebih dari 37.900 orang tewas.
Berbagai upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza telah goyah dalam beberapa minggu terakhir, menimbulkan kekhawatiran eskalasi di perbatasan Lebanon-Israel. Hizbullah terus melakukan serangan harian terhadap pasukan Israel di sepanjang perbatasan selama sembilan bulan terakhir.
Dampak Konflik di Perbatasan
Konflik tingkat rendah antara Israel dan Hizbullah telah menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan. Di Israel utara, 16 tentara dan 11 warga sipil telah tewas, sementara di Lebanon, lebih dari 450 orang,sebagian besar pejuang dan juga puluhan warga sipil,telah tewas.
Sikap Hamas dan Israel
Hamas menuntut diakhirinya perang di Gaza, bukan hanya gencatan senjata. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak kesepakatan semacam itu sampai tujuan Israel untuk menghancurkan kekuatan militer Hamas dan membawa pulang sekitar 120 sandera tercapai.
Kemungkinan Eskalasi
Bulan lalu, militer Israel menyatakan bahwa mereka telah mempersiapkan rencana serangan di Lebanon jika solusi diplomatik tidak tercapai. Dilansir dari media APnews, beberapa pejabat Israel mencari solusi diplomatik untuk kebuntuan ini, tetapi mereka juga memperingatkan bahwa kehancuran yang terlihat di Gaza bisa terulang di Lebanon jika perang pecah.

Hizbullah, yang jauh lebih kuat daripada Hamas dan memiliki gudang roket besar, memperingatkan bahwa mereka siap untuk merespons dengan keras jika Israel melancarkan operasi militer di Lebanon.
Respons dan Peringatan Kassem
Kassem menyatakan keraguannya bahwa Israel memiliki kemampuan atau niat untuk melancarkan perang besar-besaran dengan Hizbullah saat ini. Ia memperingatkan bahwa jika Israel memicu perang, mereka tidak bisa mengendalikan luasnya perang atau siapa saja yang terlibat di dalamnya.
Ia juga merujuk pada sekutu Hizbullah dalam “poros perlawanan” yang didukung Iran, yang mencakup kelompok-kelompok bersenjata di Irak, Suriah, Yaman, dan kemungkinan besar Iran sendiri.
Upaya Diplomasi
Para diplomat AS dan Eropa telah melakukan serangkaian lawatan antara Lebanon dan Israel selama berbulan-bulan untuk mencegah konflik yang lebih luas. Kassem mengatakan bahwa ia baru-baru ini bertemu dengan wakil kepala intelijen Jerman di Beirut.
Pejabat AS, yang tidak bertemu langsung dengan Hizbullah karena Washington menganggapnya sebagai kelompok teroris, secara reguler mengirim pesan melalui perantara. Kassem mengungkapkan bahwa utusan Gedung Putih Amos Hochstein meminta Hizbullah untuk menekan Hamas agar menerima gencatan senjata, tetapi Hizbullah menolak permintaan tersebut.
Pandangan Kassem terhadap Upaya AS
Kassem mengkritik upaya AS untuk menyelesaikan perang di Gaza, menuduh bahwa AS mendukung rencana Israel untuk mengakhiri kehadiran Hamas di Gaza. Ia menekankan bahwa kesepakatan yang konstruktif harus mengakhiri perang, membuat Israel menarik diri dari Gaza, dan memastikan pembebasan para sandera. Setelah gencatan senjata tercapai, jalur politik dapat menentukan pengaturan di dalam wilayah Gaza dan di wilayah perbatasan dengan Lebanon, tambahnya. (Stg)










