Pandeglang. Suararepubliknews. – Sanghyang Sirah, sebuah destinasi wisata yang terletak di ujung Pulau Jawa, tepatnya di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, menawarkan pengalaman spiritual dan sejarah yang mendalam.
Dengan keindahan alam yang luar biasa dan nuansa mistis yang kuat, Sanghyang Sirah menjadi magnet bagi para pecinta wisata mistis dan sejarah.
Tempat ini diyakini sebagai pusat spiritualitas dan ilmu pengetahuan, serta menyimpan berbagai legenda dan kepercayaan yang masih dipercayai oleh masyarakat sekitar.

Sejarah dan Makna Sanghyang Sirah
Sanghyang Sirah diyakini sebagai tempat berkumpulnya para waliullah dan karuhun Sunda.
Nama “Sanghyang Sirah” sendiri memiliki makna “kepala” atau “pusat” dalam bahasa Sunda, yang diyakini sebagai pusat ilmu pengetahuan dan spiritualitas.
Tempat ini juga diyakini sebagai lokasi pertapaan Prabu Kian Santang atau Syeikh Tajimalela, yang menambahkan nuansa mistis dan sejarah pada destinasi ini.
Petilasan dan Makam
Beberapa petilasan yang ada di Sanghyang Sirah antara lain:
Gua Sanghyang Sirah: sebuah gua yang diyakini sebagai tempat bertapa dan bermeditasi.
Di dalam gua ini terdapat beberapa sumur yang dikeramatkan dan sebuah telaga yang airnya jernih dan dingin, menambah kesan mistis dan spiritual pada pengunjung.
Telaga: sebuah sumber air yang diyakini memiliki kekuatan spiritual.
Mandi di telaga ini diyakini dapat memberikan mukjizat bagi pengunjung, seperti membersihkan jiwa dan raga.
Mata Air Saman: sebuah sumber air yang diyakini dapat membuka pikiran dan wawasan berpikir.
Airnya yang jernih dan segar diyakini dapat memberikan energi positif bagi pengunjung.
Mata Air Batu Qur’an: sebuah sumber air yang diyakini sebagai simbol kitab suci Al-Qur’an yang diberikan oleh Sayidina Ali kepada Prabu Kian Santang atau Syeikh Tajimalela.
Petilasan Prabu Siliwangi: sebuah tempat yang diyakini sebagai lokasi pertapaan Prabu Siliwangi, seorang raja Sunda yang legendaris.
Tempat ini menawarkan nuansa sejarah dan spiritual yang kuat.
Legenda dan Kepercayaan
Sanghyang Sirah juga memiliki beberapa legenda dan kepercayaan yang masih dipercayai oleh masyarakat sekitar.
Salah satunya adalah kepercayaan bahwa Sanghyang Sirah adalah tempat pertemuan antara Sayidina Ali dengan Prabu Kian Santang untuk menyerahkan Al-Qur’an sebagai pedoman menyebarkan agama Islam di Nusantara.
Larangan dan Aturan yang Harus Diikuti
Untuk menjaga kesakralan dan keharmonisan dengan alam, pengunjung Sanghyang Sirah diwajibkan mengikuti beberapa larangan dan aturan, antara lain:
Dilarang makan atau minum sambil berdiri atau berjalan, untuk menjaga adab dan kesopanan.
Dilarang mematahkan dahan atau ranting sembarangan, untuk menjaga kelestarian alam.
Dilarang buang air sembarangan, untuk menjaga kebersihan dan kesehatan.
Dilarang duduk langsung di tanah tanpa alas, untuk menjaga kesopanan dan kenyamanan.
Dilarang berkata kasar atau bercanda berlebihan, untuk menjaga kesakralan tempat.
Dilarang menyebut nama buaya, karena diyakini dapat mengganggu keseimbangan alam.
Dilarang bepergian sendiri tanpa izin kuncen, untuk menjaga keselamatan dan keamanan pengunjung.
Dengan mengikuti aturan dan larangan yang ada, pengunjung dapat menikmati keindahan alam dan spiritualitas Sanghyang Sirah dengan lebih khusyuk dan aman.
Jadi, jika Anda seorang pecinta wisata mistis dan sejarah, Sanghyang Sirah adalah destinasi yang wajib Anda kunjungi.
Dengan pengalaman yang unik dan memikat, Anda dapat menambah wawasan dan spiritualitas Anda.
(Iwan H)
Sumber Artikel: Diambil dari berbagai sumber










