Fenomena superflare matahari masih menjadi tanda tanya besar bagi para ilmuwan. Apakah peristiwa ini mungkin terjadi dan bagaimana dampaknya pada Bumi?
suararepubliknews.com – Matahari, sebagai pusat tata surya kita, sering kali menunjukkan aktivitas yang memukau dan penuh energi. Salah satu fenomena yang paling menakjubkan adalah semburan api matahari atau yang dikenal dengan istilah solar flare. Semburan ini merupakan pelepasan energi yang sangat besar dari permukaan Matahari, dan biasanya terkait erat dengan bintik matahari serta medan magnetnya. Namun, apa jadinya jika Matahari mengalami superflare, sebuah ledakan energi yang jauh lebih dahsyat daripada semburan biasa?
Solar Flare dan Potensinya Terhadap Bumi
Solar flare, yang terjadi saat Matahari berada pada kondisi paling aktif dalam siklus 11 tahunnya, dapat menimbulkan dampak serius pada Bumi. Ketika energi yang dilepaskan dalam semburan ini mencapai Bumi, ia dapat mengganggu aliran listrik, merusak satelit, dan bahkan mengancam organisme hidup. Namun, untungnya, atmosfer dan medan magnet Bumi berperan sebagai pelindung alami yang mencegah dampak langsung dari fenomena ini.
Superflare: Ledakan Energi yang Mungkin Mengancam
Tidak hanya Matahari, bintang-bintang di galaksi lain juga mampu melepaskan suar yang serupa, tetapi dengan energi yang jauh lebih besar. Dalam satu dekade terakhir, para peneliti menemukan bukti bahwa beberapa bintang dapat melepaskan suar hingga ratusan kali lebih energetik dibandingkan dengan yang tercatat dari Matahari kita. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah superflare serupa bisa terjadi di Matahari?
Penelitian Mengungkap Kemungkinan Terjadinya Superflare
NASA, melalui teleskop Kepler yang dikenal sebagai pemburu planet, telah mengamati ribuan bintang dan mencatat perubahan kecerlangannya. Profesor Kazunari Shibata dari Universitas Kyoto, bersama timnya, tertarik untuk meneliti lebih jauh apakah bintang-bintang tersebut mengalami perubahan signifikan dalam kecerlangannya akibat superflare. Mereka menemukan bahwa suar dari bintang-bintang ini mampu meningkatkan kecerlangan hingga 1,5 persen, jauh lebih besar dibandingkan peningkatan kecerlangan akibat solar flare pada Matahari yang hanya mencapai sepersekian persen.
Model Pembentukan Suar dan Implikasinya
Awalnya, temuan ini sulit diterima oleh tim peneliti karena suar dengan energi sebesar itu dianggap hampir mustahil terjadi pada bintang serupa Matahari. Namun, pengamatan dan model pembentukan suar yang sederhana menunjukkan bahwa superflare sebesar 100 kali lipat dari solar flare bisa saja terjadi pada Matahari, meskipun sangat jarang. Dalam sejarah manusia, peristiwa seperti ini mungkin hanya terjadi sekali dalam 6.000 tahun.
Profesor Shibata, yang memimpin penelitian ini, menekankan bahwa meskipun model mereka sederhana, kemungkinan terjadinya superflare tidak boleh diabaikan begitu saja. Ia bahkan mendorong para ahli teori untuk mempelajari lebih lanjut tentang potensi ini dan dampaknya pada Bumi.
Tantangan bagi Ilmuwan Solar Dynamo
Temuan ini disampaikan oleh Profesor Shibata dalam Sidang Umum ke-32 Persatuan Astronomi Internasional di Afrika Selatan. Ia memberikan tantangan besar kepada para ahli teori Solar Dynamo untuk menggali lebih dalam tentang potensi superflare pada Matahari dan apakah peristiwa tersebut benar-benar bisa terjadi di masa depan. Penelitian ini membuka peluang besar untuk memahami lebih dalam tentang aktivitas Matahari dan dampaknya pada kehidupan di Bumi.
Meskipun superflare adalah fenomena yang sangat langka, memahaminya dapat membantu kita lebih waspada terhadap potensi ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh bintang terdekat kita, Matahari. (Stg)
Sumber: IFLscience “Superflares Are Released By Sunlike Stars – Can The Sun Create These Events?”