gambar ilustrasi
Jakarta,November, Suara republik news, Jika pada edisi 23 November 2021 yang lalu, topik yang diangkat Kabiro Suara Republik News Jakarta- Timur, ialah, “Aku dituntun sang Tunatera”, Kali ini kita mengangkat judul “ Sang Tunatera bisa mengingat suara hingga 26 tahun” bang Alden yang pernah dituntun sang Tunanetra, mengisahkan pengalamannya tinggal Bersama ( live in) di sebuah panti karya. Terjadi tahun 1983. Pada tahun 2009, atau 26 tahun kemudian ada kegiatan di kampung halamannya yang dalam waktu agak lama. Anak-anak muda dikampung tersebut ingin melakukan kunjungan kasih ke panti Karya tersebut.
Sebagai eks Pengurus, Alden diajak bersama-sama kepanti Karya itu. Akhirnya mereka sama-sama ke panti itu. Setelah sampai di lokasi , kami disambut pimpinan panti kata Alden. Tentu sudah banyak perubahan/perkembangan setelah 26 tahun. Areal pertanian diperluas dan ditambah ketrampilan-ketrampilan lainnya.Memulai acara formal, dan ramah tamah , Panitia memberi sambutan , kemudian para anak muda meminta saya ujar Alden menyampaikan sepatah ,dua patah kata sekaligus mewakili perantau .
Saya memulai sambutan kata Alden dengan mengucapkan terimakasih kepada pimpinan panti. Belum sempat memperkenanlkan diri kenang Alden, mendadak salah seorang penghuni panti berdiri sembari tunjuk tangan , Saya kaget kata dia, lalu saya bertanya , ada apa amang? Tanyaku. Apakah yang bicara didepan ini Bapak Aldentua Siringoringo yang dulu pernah datang kesini waktu mahasiswa?tanya penghuni panti karya? Jujur kata Alden saya hampir pingsan mendengarnya .
Seperti mendengar Halilintar . Dia masih ingat suara saya. Semua orang yang ada di ruangan terheran-heran. Spontan saya turun dari mimbar dan menemui bapak itu ( sayang tidak disebut namanya-red) Saya jawab ia amang saya yang Bernama Alden tua Siringoringo yang 26 tahun lalu ke sini ujarnya. Masih ingat suara saya kata dia sambil menyalami dan memeluknya. Masih ingat pak dan takkan lupa jawabnya dengan sukacita. Saya sungguh salut,hormat bercampur terharu tetapi pikirnya saya harus menyelesaikan sambutannya yang terpotong gara-gara ingatan penghuni panti itu terhadap Alden , saya selesaikan dulu ya sambil beranjak Kembali ke mimbar.
Baik kata si Polan( penghuni panti ) yang ingat suara Alden itu.Melanjutkan sambutan saya sudah tidak konsentrasi lagi . Pikiran saya menerawang membayangkan kunjungan kami ketempat ini 26 tahun yang lalu . Ketika acara makan siang tiba, lanjut Alden saya meminta ijin kepada ketua rombongan dan pimpinan panti agar saya dipebolehkan duduk satu meja dengan Bapak sipolan tadi.
Karena peraturan panti tempat duduk para penghuni dengan Tamu dibedakan. Setelah diberi ijin dan saya duduk bersama dia, sambil ngobrol dengan dia. Kenapa ingat suara saya pak ? tanya saya penasaran, pada hal sudah 26 tahun lalu Lalu dia menjawab, pak, kami disini satu kali saja dengar suara orang , bisa kami ingat lama jawabnya. Bapak dulu disini tinggal seminggu. Pagi dan malam kita sama-sama mengikuti saat Teduh ( berdoa dan baca firman Tuhan – red).
Siangnya kita keliling ke ladang dan kolam dan peternakan katanya mengenangnya.Dulu kata bapak si polan , Ketika saya baru dua tahun menghuni panti ini dan masih lajang ujarnya. Saya kan ,menjadi pemandu rombongan bapak waktu itu ujarnya kepada Alden, Bapak tau membuat saya ingat sekali dan tidak lupa, tanyanya. Tidak pak kata Alden polos. Ketika perpisahan rombongan bapak dulu, selaku kepala rombongan memberikan hadiah kepada saya sebuah kaus. Kaus itu kata dia saya pakai dan rawat sampai 15 tahun lamanya . Itu hadiah pertama dari pengunjung buat saya pada waktu itu, katanya seakan mengingatkan memori saya lagi pikir Alden. Betul ,saya sudah ingat sekarang jawab Alden. Wah luar biasa kenang Alden ternyata sebuah kaus untuk mereka bisa diingat dan dipakai selama 15 tahun . Saya merenung, terkadang kita mendapat banyak berkat tetapi lupa bersyukur. Sekarang saya sudah berkeluarga . Kami tinggal dalam satu rumah di area pertanian . kami sudah mandiri. Kata bapak sipolan; Berapa anaknya pak? Tanya Alden, 3 pak, dua laki-laki, 1 perempuan. Yang besar sudah duduk di bangku SMP yang dua lagi masih di SD jawabnya. Kami masih lama berbincang-bincang sampai rombongan mau pulang. Saya sangat terharu dengan pertemuan itu, kenang Alden. Selama 26 tahun sang Tunanetra ini masih mengingat suara saya ? Pada hal kita bisa lupa peristiwa setahun, dua tahun yang lalu. Itulah karunia atau misteri Tuhan yang sulit dimengerti.
Ketika mereka tidak bisa melihat dengan mata mereka sendiri Tuhan memberi kelebihan berupa pendengaran dan mempunyai daya ingat yang lebih tajam. Waktu kami mau pulang saya memberi sedikit kenang-kenangan , untuk membeli pakaian buat dirinya dan anak-anak dan isterinya. Hadiah kenangan untuk daya ingat 26 tahunnya. Pemberian sebuah kaus kenang-kenangan 26 tahun yang lalu membuat ingatannya kuat terhadap suara saya ? Beliau telah mengajarkan saya untuk tidak melupakan yang baik, bersyukur tanpa melihat sebesar apapun hadiah dan kebaikan itu walau hanya sekeping kaus sekalipun. Dan ini pulalah menjadi sebuah edukasi setidaknya bagi para pembaca artikel ini.Ternyata secercah kebaikan bisa menjadi pengingat untuk jangka yang cukup lama, 26 tahun. ( Ringo)