(sampaikan kebenaran, walaupun itu pahit)
Suararepubliknews.com Tulungagung 09/02/2022,,Berbicara tentang wartawan seharusnya adalah berbicara tentang idealisme, berceloteh tentang keberpihakan kepada publik dan bercita cita kepada kemaslahatan, anggap saja bertumpu pada 2 kalimat saja yaitu kebenaran dan keadilan.
Pers bukan corong kekuasaan, pers bukan anjing penjaga kekuasaan namun pers harus berkemampuan menyajikan fakta yang berimbang melalui metode yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dunia pers kita memasuki masa masa euforia sejak tumbangnya era pemerintahan orde baru dimana pada masa itu pers akrab dengan pendiktean, pembungkaman dan pembredelan, sebut saja “tempo””detik”, “editor” dsb.
Tidak dapat kita pungkiri pula, realitas profesi wartawan tidak dapat terlepas dari resiko resiko intimidasi sampai pada kematian, tetapi akrab juga dengan dunia lobbying dan amplop.
Nyamuk pers, dalam kematangan usianya ini, selalu teruji dengan banyaknya wartawan gadungan yang menerima suap receh, berita pesanan dan pencuci mulut membuat citra dan kepercayaan wartawan di mata masyarakat dalam titik yang terendah. Hal tersebut membentuk pola pikir yang merendahkan pekerjaan jurnalis dan menganggap uang tutup mulut adalah jalan satv satunya yang terbaik untuk menghadapinya.
Hakekat jurnalis adalah mencari berita, mengembangkan, mengemas sekaligus menyajikannya kepada khalayak sehingga terjalin symbiosis mutualism antara komunikator dengan komunikan. Maka hendaknya penyajian fakta empirik menjadi porsi terbesar dalam misi jurnalistik ini.
Apa yang melatar belakangi perilaku “menyimpang” dalam dunia jurnalistik ini? Dalam ulasan singkat ini, saya mencoba mengurai satu saja, yaitu faktor internalnya, adalah ketika para wartawan diminta mencari “makan” sendiri-sendiri, biaya operasinalnya pun mandiri dan seterusnya, walaupun tidak berlaku mutlak pada semua perusahaan pers. Media-media tersebut hanya memberikan kartu pers dan akses memuat tulisan pada laman. Selebihnya, nasib seorang jurnalis adalah tergantung seberapa kencang “membaca” peluang negosiasi atas berita, bisa dalam bentuk iklan, menekan narasumber dengan tulisan, dan hal-hal lain yang sepengetahuan saya tidak etis dilakukan dalam dunia jurnalisme yang ideal. Saya rasa perilaku standart ganda oknum pers kita ini lambat laun justru akan membunuh kelangsungan hidup perusahaannypes karena mereka hidup dari dedikasi dan label yang diberikan oleh publik.
Teman teman jurnalis yang saya cintai, akhir kata saya ucapkan “SELAMAT HARI PERS” semoga peradaban baru dunia pers kita segera terwujud. Rakyat berharap pers bebas bukan liberalis, pers bebas dan bertanggungjawab, pers pejuang kebenaran dan keadilan. Profesimu mulia.
Salam (Penulis Tanpa Gelar)( red)
Tag: berita Indonesia, berita Indonesia terkini, berita Indonesia terupdate, berita Indonesia trending, berita Indonesia viral, Berita nasional, berita terbaru, berita terkini, berita terupdate, berita trending, berita viral, berita opini