Gunungsitoli, Suararepubliknews.com – Ketika awak media meminta konfirmasi atas keluhan penumpang terhadap Kepala KSOP Gunungsitoli an. Merdi Loi, pada awalnya sangat kondusif, namun dari pembicaraan awal hingga melibatkan wartawan dengan ABK sampai terjadi penganiyaan terhap wartawan hingga mengalami luka parah.
Kronologis Peristiwa
Sabtu, 12/03/2022 sekitar jam 16.45 Wib di Gunungsitoli, salah seorang masyarakat Nias an. Sudaali Waruwu mengeluhkan masalah yang terjadi setiap pemberangkatan Kapal dari Pelabuhan Gunungsitoli menuju Sibolga. Sudaali Waruwu sangat berharap kepada teman-teman media dan LSM untuk memastikan dan mencari tau kebenarannya.
Setelah itu ketiga orang Jurnalis Jurdil Laoli, Ya’atulo Gea dan Melianus Laoli langsung berangkat menuju pelabuhan Gunungsitoli. Sebelum itu salah seorang dari ketiga orang Jurdil Laoli menelpon Kepala KSOP Gunungsitoli an. Merdi Loi, dan selanjutnya mengatakan untuk izin mau ke pelabuhan dan ke kapal untuk melakukan konfirmasi terkait dugaan pungutan liar yang terjadi di kapal, lalu Merdi Loi mengatakan boleh – boleh saja, kalau memang bisa ketemu hari Senin untuk kita bicarakan secara bersama dengan Kacab WJL Gunungsitoli.
Selanjutnya ketiga Jurnalis tadi mau masuk ke pelabuhan dengan izin petugas di pelabuhan dan langsung mendokumentasikan praktek pungutan liar yang dilakukan oleh Anak Buah Kapal (ABK), bahkan perdebatan antara penumpang kapal dengan ABK. kemudian salah seorang dari ketiga jurnalis lagi menghubungi Kepala KSOP Gunungsitoli Merdi Loi dan menanyakan terkait kejadian yang terjadi. Kepala KSOP mengatakan bahwa hal itu bukan kewenangan KSOP namun itu pihak Manajemen kapal. Dan jika pun mau diskusi minggu depan akan bisa difasilitasi oleh bersama Kacab WJL Gunungsitoli guna membicarakan hal tersebut. Dan selanjutnya Jurnalis yang lain Melianus Laoli menghubungi Kacab WJL Gunungsitoli Atrisyani Harefa via seluler dan mengatakan bahwa mau konfirmasi namun Kacab WJL menjawab lagi berada dirumah tapi untuk konfirmasi bisa dijadwal ulang nanti.
Setelah itu ketiga Jurnalis tadi mencoba mendatangi Kapten Kapal, sebelum itu meminta izin kepada ABK kapal untuk bisa bertemu dengan Kapten Kapal, namun kata Kapten Kapal mengatakan bahwa sebelum ke beliau dihubungi dulu bang kata ABK kapalnya. ABK Kapal memberi nomor hp Kapten kapal dengan nomor 081351983392 atas nama Kapten Nuh. Dan kemudian salah seorang menghubungi Kapten dan langsung kapten meng iakan dan menyuruh untuk datang langsung ke anjungan kapal. Kemudian ketiga Jurnalis tadi meminta bantu kepada ABK yang lain untuk diantar langsung ke anjungan kapal. Setelah itu Kapten Nuh sudah siap-siap membuka pintu anjungan dan pintu pagar teras anjungan untuk dimasuki oleh ketiga Jurnalis tadi.
Dengan senyum dan semangat Kapten Nuh mempersilahkan untuk memasuki ruangan Kapten dengan kami tidak membawa sandal dan membuka sepatu diluar ruangan kapten.
Didalam ruangan Kapten mempersilahkan duduk di kursi, sebelum kami mulai pembicaraan kepada Kapten, maka salah seorang Jurnalis meminta izin untuk foto selfie di tempat Kapten, dan dengan semangat Kapten mengizinkannya. Seterusnya setelah selesai foto selfie, Kapten memulai pembicaraan dengan pihak Jurnalis tadi dengan mengatakan kira-kira apa yang perlu kita diskusikan pak…???
Salah seorang pihak Jurnalis mulai berbicara kepada Kapten Nuh, dengan mengatakan bahwa terkait dengan keluhan masyarakat tentang dugaan pungutan liar yang sudah lama terjadi di dalam kapal, kira- kira apa dasar hukum atau aturan yang sah yang mengatur tentang dugaan praktek pungutan liar yang dilakukan oleh ABK kapal kepada penumpang? Dan Kapten Nuh menjawab bahwa hal itu memang tidak ada UU atau peraturan yang mengatur mengenai pungutan untuk biaya bagasi penumpang pak, namun itu hanya kebijakan saja yang dilakukan di kapal.
Selanjutnya kapten Nuh mengatakan lagi biar kita panggil pak Lase (sebutan panggilan) Kordinator Penanggung jawab bagasi di Kapal bagasi. Tidak lama setelah itu pak Lase datang dengan senyum dan bercanda dan kemudian langsung menyapa para Jurnalis. Dan kemudian Pak Lase mengatakan bahwa apa yang perlu kita bicarakan pak, dan Jurnalis tadi memberikan pertanyaan seperti pertanyaan yang disampaikan ke Kapten sebelumnya dan menambahkan apakah uang yang diterima itu disasarankan untuk perusahaan atau ke negara atau masuk kantong ABK sendiri?
Lalu pak Lase menjawab bahwa memang dari dulu hal itu sudah terjadi dimana setiap bagasi penumpang yang dititipkan dibayar dengan nominal yang bervariasi. Dan itu tidak ada UU, aturan, dan juknisnya bang. Jadi itu kebijakan di kapal. Dan kita kasihan sama ABK kapal dan uang itu sekedar “uang lelah” ABK saja, dan jelas hal itu ke ABK sendiri.
Setelah selesai penjelasan pak Lase, Jurnalisp penanya tadi mengingatkan bahwa waktu sudah mau menunjukkan keberangkatan kapal, maka dengan hal itu untuk izin turun ke kapal, sebelum turun dulu kalau tidak berkesalahan untuk foto bersama dengan pak Kapten Nuh. Kemudian ketiga Jurnalis tadi hendak mau turun, sesampainya kedua Jurnalis tadi diluar ruangan kapten, pak Lase tadi menghampiri salah seorang Jurnalis yang dibelakang an.Yaatulo Gea mengatakan tunggu dulu pak, jangan turun dulu, biar saya telpon Ama Carlin Mendrofa. (Dalam hati kami Ama Carlin ini nanti yang menambahkan penjelasan terkait yang kami ditanyakan kepada pak Kapten dan pak Lase ini, dan mungkin Ama Carlin ini lebih paham betul terkait regulasi di Kapal ini).
Tidak lama setelah itu sekitar 20 menit lebih, datang rombongan preman dari bawah kapal beserta Kapolpos dan anggotanya ke atas kapal dan mau menaiki tangga menuju anjungan. Sambil berteriak dan memaki dengan mengatakan “mana wartawan fio itu”. Sesaat setelah sampai di teras anjungan kapal, salah seorang dari rombongan preman an. Bode langsung memukul oknum Jurnalis tadi an. Jurdil Laoli dan hp korban jatuh dilantai anjungan kapal dan mengalami kerusakan.
Kemudian pihak Kapolpos mengatakan untuk segera ke bawah karena kapal akan berangkat. Dan selanjutnya di dermaga depan pelabuhan terjadi perdebatan antara pihak Kapolpos dengan Jurnalis. Pada saat penjelasan dilakukan tiba-tiba ada suara sumbang mengatakan “wartawan natu” dan diduga itu dari Ama Carlin Mendrofa. Beberapa menit setelah itu datang an. Kuru memukul dengan tangan Jurnalis tadi an. Jurdil Laoli sehingga oknum Jurnalis tadi mengalami luka dibibir atasnya dan jatuh dibawah serta kepalanya terbanting. Baru dia berusaha untuk bangkit lagi untuk menjelaskan sambungan penjelasannya tadi. Insiden ini terjadi didepan Kapolpos Pelabuhan dan anggotanya tanpa melerai antara korban dan pihak pemukul serta beberapa orang anggota KPLP dan rombongan Ama Carlin tadi.
Setelah itu pihak Kapolpos mengatakan untuk segera ke pos pelabuhan diatas guna membicarakan lebih lanjut tentang peristiwa ini.
Setelah beberapa menit pembicaraan antara pihak Kapolpos dan Ama Carlin beserta anggota polisi yang lain didalam pos sementara ketiga Jurnalis tadi berada diluar. Setelah itu Ama Carlin keluar dari dalam pos duduk diluar sambil mengatakan bahwa jika kalian bersih keras untuk mau melaporkan ke pihak Polres dipersilahkan. Dan oknum Jurnalis tadi mengatakan yang lebih duluan dulu bahwa pihak korban di obati dulu atau di ambil visum, baru nanti melangkah ke rencana berikutnya.(tim )