Home / Ekonomi

Senin, 2 Desember 2024 - 23:03 WIB

Perusahaan Senjata Dunia Raup Rp10.050 Triliun, Konflik Global Jadi Pendorong Utama

Perusahaan senjata terbesar dunia mencatatkan lonjakan pendapatan signifikan pada 2023, mencapai USD632 miliar (setara Rp10.050 triliun), meningkat 4,2% dibandingkan tahun sebelumnya

Perusahaan senjata terbesar dunia mencatatkan lonjakan pendapatan signifikan pada 2023, mencapai USD632 miliar (setara Rp10.050 triliun), meningkat 4,2% dibandingkan tahun sebelumnya

Pendapatan Produsen Senjata Meningkat 4,2% di Tengah Konflik Ukraina, Gaza, dan Ketegangan Asia Timur

Stockholm, suararepubliknews.com – Perusahaan senjata terbesar dunia mencatatkan lonjakan pendapatan signifikan pada 2023, mencapai USD632 miliar (setara Rp10.050 triliun), meningkat 4,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Konflik di Ukraina, genosida di Gaza, dan ketegangan geopolitik di Asia Timur menjadi faktor utama yang memicu permintaan senjata global.

Laporan SIPRI: Dampak Perang dan Permintaan Global

Menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), konflik global telah mengubah dinamika industri senjata. Xiao Liang, salah satu peneliti SIPRI, menyebut bahwa perusahaan di Amerika Serikat dan Eropa berhasil mengatasi tantangan rantai pasokan yang sempat terganggu akibat pandemi Covid-19, dan memanfaatkan lonjakan permintaan akibat perang di Ukraina.

“Perang di Ukraina mempercepat modernisasi militer global, yang mendorong pendapatan perusahaan senjata di seluruh dunia,” ungkap Xiao.

Rusia: Lonjakan 40% Pendapatan dari Perang Ukraina

Perusahaan senjata Rusia menjadi yang paling diuntungkan, dengan pendapatan meningkat hingga 40% pada 2023. Perintah Moskow untuk meningkatkan produksi roket, drone, dan senjata taktis sebagai upaya menutup kerugian di medan perang mendorong angka ini.

Namun, hanya dua perusahaan Rusia yang masuk daftar 100 produsen senjata terbesar. Informasi keuangan mereka sulit diakses karena sebagian besar perusahaan Rusia berhenti mempublikasikan data sejak 2022.

Eropa: Pertumbuhan Tertinggi di Jerman, Kesulitan di Italia dan Prancis

Perusahaan senjata di Eropa mengalami variasi pertumbuhan. Produsen Jerman seperti Rheinmetall mencatat peningkatan pendapatan hingga 10%, sementara Diehl yang memproduksi sistem pertahanan udara tumbuh hingga 30%. Namun, secara keseluruhan, pertumbuhan sektor senjata Eropa hanya mencapai 0,2%, terkendala kapasitas produksi yang rendah dan anggaran pertahanan yang terbatas di beberapa negara.

Baca Juga  Boeing Berencana PHK 17.000 Karyawan di Tengah Krisis: Penundaan Pengiriman Pesawat dan Tantangan Baru

Asia: Korea Selatan dan Jepang Pimpin Pertumbuhan

Ketegangan di Asia Timur mendorong produsen senjata dari Korea Selatan dan Jepang mencatatkan peningkatan signifikan. Jepang, dengan peningkatan anggaran pertahanan yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II, dan Korea Selatan, yang berhasil memasuki pasar Eropa, menunjukkan ekspansi besar.

Namun, pertumbuhan industri senjata China melambat menjadi 0,7% pada 2023, meski modernisasi militer tetap menjadi prioritas pemerintah.

Israel: Rekor Pendapatan dari Perang Gaza

Di Timur Tengah, produsen senjata Israel mencatatkan rekor pendapatan sebesar USD19,6 miliar, naik 18% dibandingkan tahun sebelumnya. Konflik di Gaza menjadi pendorong utama, dengan tiga produsen senjata terbesar Israel menghasilkan USD13,6 miliar, rekor tertinggi dalam sejarah.

Sistem pertahanan seperti Iron Dome yang digunakan untuk melindungi Israel dari serangan rudal menjadi salah satu produk unggulan yang banyak diminati.

Kesimpulan: Bisnis Senjata di Tengah Krisis Global

Lonjakan pendapatan produsen senjata global menunjukkan bagaimana konflik dan ketegangan geopolitik terus menjadi peluang bisnis besar. Namun, kondisi ini juga menggarisbawahi dampak kemanusiaan dari eskalasi konflik yang terus berlangsung di berbagai belahan dunia.

Editor: Stg
Copyright © suararepubliknews 2024

Share :

Baca Juga

Ekonomi

Harga Komoditas Pangan Terbaru: Kenaikan Beras Premium, Bawang Merah, dan Cabai Warnai Pasar

Ekonomi

Kasus AJB  Bumiputera 1912

Bisnis

 Karpet dan Layanan Bandara Soetta Jelek Kwalitas Rendah

Ekonomi

Miliarder Dunia Kehilangan Rp2.000 Triliun dalam Kemerosotan Saham

Ekonomi

Elektronik Dan Dompet Digital Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% Mulai 1 Januari 2025.

Bisnis

Daftar Komoditasnya Impor Pangan Dihentikan mulai 2025

Ekonomi

 Giat “JUM’AT BERKAH” Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Korem 052/Wijayakrama Bagi-Bagi Sembako Di Wilayah Batu Ceper

Ekonomi

Muba Garap Listrik dari Limbah Sawit

Contact Us