Anak terlantar inisial B(8) kaus merah,membelakangi ibunya R(47) dan F(13) kaus hijau diapit Tiur dan Yuli relawan SOPANES
Jakarta, Agustus Suara Republik News(SRN).Pada HUT RI yang ke 77 ini,diJakarta ibukota negara masih terdapat anak -anak terlantar dan tidak pernah mengenyam Pendidikan diusia 8 tahun dan 13 tahun . Hal ini diketemukan oleh Relawan Sobat Puan Indonesia (SOPANESIA) yang diketuai Butet Tiurma, setelah cheking on the spot ke TKP RT 01 RW 012 Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. didapat keluarga E 49 Thn. beserta istrinya R 47 Thn. Dengan 2 anak mereka, F 13 Thn dan B 8 Thn. hidup terlantar dan tidak pernah mengenyam bangku sekolah akibat kedua orang tuanya yang tidak bekerja lagi. Saat ini E sudah tidak bisa menghidupi keluarga akibat menderita.lumpuh.
Beruntung keluarga tersebut untuk sementara diberi tumpangan oleh seorang warga RT 12 yang kebetulan dipercaya untuk menjaga rumah kosong oleh kerabatnya. Peristiwa ini diketahui oleh Relawan Sobat Puan Indonesia (SOPANESIA) Yuli Napitupulu Dimana keluarga E berada disana, Untuk itu tim Sobat Puan Indonesia (SOPANESIA) yang diwakili oleh Kepala Bidang Sosial Badan Pengurus Nasional Sobat Puan Indonesia (SOPANESIA) Yuli Napitupulu Bersama
Sekretaris Jendralnya Butet Tiurma dengan cepat turun kelapangan untuk melihat secara langsung kondisi keluarga E. Tim SOPANESIA berkunjung ke lokasi untuk bertanya kondisi apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga E, namun karena kondisi E yang lumpuh dan sulit berbicara maka tim SOPANESIA memutuskan untuk berbincang-bincang dengan istri E yaitu ibu R. Disana juga terlihat kedua anak mereka yang terlihat sangat kurus. ibu R bercerita bahwa mereka tidak memiliki pekerjaan sehingga tidak sanggup lagi untuk bayar kontrakan apalagi untuk biaya sekolah sebab makan sehari-haripun mereka sering tidak terpenuhi. Hal tersebut yang membuat keluarga mereka menjadi terlantar dan tidak sanggup menyekolahkan anak-anaknya. Padahal amanat UUD 45 pasal 34 mengatakan Fakir miskin dan anak-anak terlantaar dipelihara oleh negara.Demikian Pasal 31 ayat (1) Setiap warganegara berhak medapat pendidika.ayat (2)Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemeintah wajib membiayainya. Pemerintah tidak hadir kesini?
Dimana ketua RT/RW ,Lurah /pemerintah setempat lalai untuk mengcover ini ? Yuli mengutarakan bahwa kondisi anak-anak keluarga E sungguh miris sekali, sebab anak diusia mereka seharusnya sibuk belajar dan bermain disekolah, namun hanya bisa menatap teman sebaya mereka berangkat sekolah dari kejauhan. Ada raut muka yang sedih terlihat di wajah mereka ketika dipertanyakan kepadanya tentang sekolah. Mereka cuma tertunduk tak bisa menjawab. ketika ditawari untuk masuk sekolah mereka berdua mengangguk mau. Terlihat dari sorot mata mereka terdapat kebahagiaan yang muncul sewaktu mendengar mereka akan disekolahkan.
Anak pertama keluarga E berumur 13 Thn. dilihat dari umur harusnya ia sekarang sudah duduk di kelas 7 namun sama sekali ia belum pernah merasakan bangku sekolah. Anak ke-2 yang berumur 8 Thn juga sama. Seharusnya sudah mulai sekolah tahun ini, tapi kenyataan juga sama dengan kakaknya. Mereka berdua terlihat sering termenung di kamar bersama ayahnya yang terbaring lemah di kasur. Padahal buat anak-anak seumuran mereka wajib untuk belajar dibangku sekolah. sebagaimana program pemerintah untuk Rakyat Indonesia wajib belajar 9 tahun, demi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Menurut penuturan istri E kepada Yuli dilokasi, dengan raut muka sedih, juga sorot mata putus asa, ia mengatakan sekarang tidak tau lagi harus berbuat apa? mau mengadu kemana? dan harus minta tolong ke siapa? terkadang timbul berulang kali keinginan untuk mengakhiri hidupnya, namun hal tersebut memberatkan hatinya takkala ia melihat wajah kedua anaknya seraya berkata “kalau saya tidak ada, siapa yang akan menjaga mereka berdua”.
Semua beban ia tanggung sendiri, beruntung ia menemukan seseorang yang bisa memberikan tumpangan sementara ketika mereka terlunta-lunta dijalanan. Itupun belum bisa menyelesaikan masalahnya karena ketika tempat tersebut terjual maka keluarganya harus pindah dari tempat tersebut dan sudah pasti akan tinggal di jalanan. Iya beginilah keadaan keluarga saya (sambil menangis). Suami lumpuh dan kedua anak saya tidak sekolah. Saya berharap anak saya bisa sekolah tapi takut nanti biayanya dari mana? Pernah ibu R melapor soal keadaannya dengan ketua RT setempat, tapi cuma dijanjikan nanti akan diurus namun hingga sekarang belum ada realisasinya.Dimana rasa empati Ketua Rtnya ? sudah tau kondiisi warganya sangat miris tetapi tidak ditindaklanjutinya,hanjya dijanjikannya. Malah orang jauh relawan SOPANESIA yang dimotori Butet Tiurma atau biasa dipanggil Tiurma memberikan arahan penuh dengan rasa empati kepada ibu R agar menyiapkan data-data yang diperlukan untuk kepentingan sekolah seperti akte lahir dan KK.
Sopanesia akan bekerjasama dengan tim terkait untuk membantu proses tersebut, sebab diketahui bahwa anak-anaknya belum mempunyai akte lahir karena surat lahirnya masih di tahan di rumah bersalin tempat ibu R melahirkan. Setelah surat-surat selesai mereka akan didaftarkan di sekolah negeri terdekat. Namun dalam pembicaraan dengan pihak keluarga ketika Tiurma menawarkan akan dimasukan disekolah umum atau pesantren ibu R berharap anaknya masuk pesantren agar kehidupannya bisa lebih baik dan bisa belajar ahlak lebih baik lagi. Sebelum pulang Yuli, Tiurma dan Tim memberikan bingkisan berupa sembako dan sejumlah uang kepada ibu R untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya 7 hari kedepan. Sebagai Relawan Sobat Puan Indonesia (SOPANESIA) kami kata Butet Tiurma akan terus berjuang mendapatkan hak-hak anak bangsa yang harusnya mereka dapatkan. Kita akan langsung turun ke lapangan jika kita mendengar berita terdapat anak terlantar dan tidak bersekolah tutup tiurma ( Ringo)
Tiurma & Yuli menyerahkan sembako dan sejulahuang membantu keluarga ibu R
di rumahnya.