Suararepubliknews, Purworejo, Jawa Tengah – Sabtu, 02/04/2022, Tim Pewarna Indonesia berjalan menuju makam Kyai Sadrach, Memasuki hari ke-6 Tim Napak Tilas Rasul Jawa Pewarna Indonesia tetap semangat, Fokus menjalani Wisata Rohani ke wilayah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus atas penyertaan dan pemeliharaannya kepada tim Pewarna Indonesia, dari hari pertama tanggal 28/03/2022 sampai tanggal 02/04/2022 telah memberkati setiap acara Pewarna dalam rangkap Napak Tilas Rasul Jawa.
Pada saat ini, tim Pewarna Indonesia NTRJ berjalan menuju makam Kiai Sadrach kira-kira perjalanan yang di tempuh kurang lebih 3-4 jam perjalanan, setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh tim PEWARNA akhirnya sampai dan di sambut oleh anggota PD Pewarna Indonesia dari Yogyakarta yang ikut dalam ziarah ke makam Kyai Sadrach.
Seluruh tim Pewarna Indonesia NTRJ dan tim PD Pewarna Yogyakarta mengikuti ziarah dan tabur bunga bersama-sama di makam Kyai Sadrach.
Seorang penginjil Kyai Sadrach lahir pada tahun 1835 di daerah Karesidenan Jepara, lalu meninggal di Purworejo pada tanggal, 15 November 1924, Wonteng Ing Karangd Joso, dia adalah salah seorang yang menyebar agama Kristen (Penginjil) di tanah jawa. Dan Kiai Sadrach tidak memiliki anak kandung namun memiliki anak angkat yang bernama Yotham Martareja dan menggantikan ayahnya selama 8 tahun (1925-1933).
Di samping makam Kiai Sadrach ini ada makam sang istri juga, yang bernama Nyai Rara Tompo Debora Sadrach Soerapranata. Meninggal pada tahun 1918, dan pada saat ini kita bersama juru kunci makam Nyai Rara Tompo Debora yang bernama Mulyono beliau sudah 15 tahun menjadi juru kunci, ungkapnya. Di sekeliling nya ada beberapa makam yang menjadi murid dari Kyai Sadrach.
Nama kelahiran nya adalah Raden, setelah bergabung di pesantren daerah Jombang, maka namanya bertambah menjadi Raden Abas. Setelah belajar di Jombang ia pun pergi ke Semarang lalu bertemu dengan seorang penginjil yang bernama Hoezoo, lalu ia pun ikut katekisasi yang di ajarkan oleh Hoezoo.
Pada saat itu dalam proses belajar Katekisasi ia pun berkenalan dengan salah seorang yang ternyata sedaerah dengan dia di Daerah Bondo Jepara yang bernama Kyai Tunggul Wulung, dan pada saat itu Radin Abas ini menyatakan kehendaknya kepada Kyai Tunggul Wulung untuk menjadi murid Kyai Tunggul Wulung.
Pada masa itu, pekabaran Injil Kyai Sadrach memiliki hambatan yang cukup besar, banyak orang Jawa yang memandang pekabaran Injil Belanda ini sebagai bagian dari rezim kolonial, akibatnya maka timbul lah pandangan negatif terhadap para pekabar Injil kekristenan.
Namun pada saat itu para pekabar Injil justru berhasil melahirkan jemaat Kristen di Jawa dengan cara melakukan pembinaan kelompok Kristen Jawa di rumah para kyai.
Pada masa hidupnya Kyai Sadrach ini pernah menjadi seorang pemimpin Jawa yang terhormat dari gereja terbesar di Jawa.
Pada tahun 1868 Kyai Sadrach mulai membantu penginjilan yang di lakukan oleh Kiai Tunggul Wulung, Kiai Sadrach ini ternyata memiliki bakat yang besar dalam penginjilan, bakat yang dia miliki adalah menggunakan debat umum yang pernah di pakai oleh guru-guru Jawa, guru yang dikalahkan maka menjadi murid guru yang menang.
Setelah selesai tabur bunga di makam Kyai Sadrach tim Pewarna Indonesia NTRJ melanjutkan perjalanan menuju desa karang Joso Kutoardjo kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Sabtu, 02/04/2022.
Pada malam, pukul 18.30 Wib dengan suasana ibadah di padepokan Mitra Kinasih bersama dengan tim NTRJ Pewarna Indonesia dan di sambut dengan beberapa kegiatan pertunjukan dari gereja GKJW Purworejo Padepokan Mitra Kinasih yang cukup menghibur dan sekaligus menjadi obat penyemangat bagi setiap lelah Tim Pewarna Indonesia NTRJ, selama proses ibadah berlangsung sampai dengan selesai di sambut dengan tarian dari tim Pewarna bersama dengan tim padus Padepokan Mitra Kinasih.
(Margareth)