Home / Internasional

Kamis, 20 Juni 2024 - 10:46 WIB

Tampaknya Ada Perpecahan di Antara Kepemimpinan Politik dan Militer Israel Terkait perang Gaza

Sudah ada tanda-tanda kekecewaan atas penanganan perang oleh pemerintah Netanyahu

Yerusalem, suararepubliknews.com – Juru bicara militer Israel pada hari Rabu (19/06) muncul untuk mempertanyakan tujuan yang dinyatakan yaitu menghancurkan kelompok militan Hamas di Gaza dalam sebuah perpecahan terbuka yang jarang terjadi antara kepemimpinan politik dan militer negara tersebut.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus memerangi Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza yang kini terkepung, hingga kekuatan militer dan pemerintahannya di wilayah Palestina dilenyapkan. Namun, dengan perang yang telah memasuki bulan kesembilan, rasa frustrasi telah memuncak tanpa adanya akhir yang jelas atau rencana pascaperang yang terlihat.

“Usaha untuk menghancurkan Hamas, membuat Hamas lenyap?, itu hanya melemparkan pasir ke mata publik,” kata Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara militer, kepada TV Channel 13 Israel. “Hamas adalah sebuah gagasan, Hamas adalah sebuah partai. Ini berakar di hati rakyat – siapa pun yang berpikir bahwa kita bisa melenyapkan Hamas adalah salah.”

Kantor pemerintahan Netanyahu menanggapi dengan mengatakan bahwa Kabinet keamanan negara, yang diketuai oleh perdana menteri, “telah menetapkan untuk menghancurkan kekuatan militer dan pemerintahan Hamas sebagai salah satu tujuan perang. Militer Israel, sudah barang tentu, berkomitmen untuk melakukan hal ini.

Pihak militer Israel dengan cepat mengeluarkan klarifikasi, dengan mengatakan bahwa mereka “berkomitmen untuk mewujudkan tujuan perang seperti yang telah ditetapkan oleh Kabinet” dan telah berupaya melakukan hal ini “selama perang, siang dan malam, dan akan terus melakukannya.”

Komentar Hagari, katanya, “merujuk terhadap penghancuran Hamas sebagai sebuah ideologi dan gagasan, dan hal ini dikatakannya dengan sangat jelas dan eksplisit,” tambah pernyataan militer tersebut. “Klaim lainnya adalah pernyataan yang keluar dari konteks.”

Baca Juga  AS akan Kirimkan Sistem Rudal Patriot ke Ukraina Setelah Kyiv Meminta Pertahanan Udara

Sudah ada tanda-tanda kekecewaan atas penanganan perang oleh pemerintah Netanyahu, sebuah koalisi yang mencakup kelompok garis keras sayap kanan yang menentang segala bentuk penyelesaian dengan Hamas. Pembicaraan gencatan senjata yang dimediasi secara internasional selama berbulan-bulan, termasuk proposal yang diajukan oleh Presiden Joe Biden bulan ini, telah terhenti.

Benny Gantz, mantan kepala militer dan politisi sentris, mengundurkan diri dari kabinet perang Netanyahu awal bulan ini, dengan alasan frustasi atas perilaku perdana menteri dalam memimpin perang.

Dan pada awal pekan ini, Netanyahu menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan militer untuk mengumumkan “jeda taktis” di kota Rafah, Gaza selatan, guna membantu mengirimkan bantuan kemanusiaan ke wilayah yang terkepung tersebut. Seorang ajudan mengatakan Netanyahu merasa terkejut dengan pengumuman tersebut, dan stasiun TV Israel mengutipnya dengan mengatakan “kita memiliki negara dengan tentara, bukan tentara dengan negara.”

Israel menyerang Gaza sebagai tanggapan atas serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober ke Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 orang.

Pada awalnya, upaya perang Israel mendapat dukungan publik yang luas, namun dalam beberapa bulan terakhir, perpecahan yang luas muncul. Sementara Netanyahu telah bertekad untuk “meraih kemenangan total”, semakin banyak kritikus dan pengunjuk rasa yang mendukung gencatan senjata yang akan membawa pulang sekitar 120 sandera yang masih berada di Gaza. Militer Israel telah menyatakan lebih dari 40 orang di antara mereka telah tewas, dan para pejabat khawatir jumlah tersebut akan terus bertambah selama para sandera masih ditahan.

Di dalam wilayah Gaza, perang telah menewaskan lebih dari 37.100 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak memilah antara pejuanh Hamas dan warga sipil. Dilansir dari Media Apnews, perang telah memutus pasokan obat-obatan, makanan, dan pasokan lainnya kepada warga Palestina, yang sedang menghadapi kelaparan yang meluas. (Stg)

Share :

Baca Juga

Internasional

Beberapa Negara Berupaya Menyusun ‘Kesepakatan Pandemi’ untuk Hindari Kesalahan yang Dibuat Selama Masa Pandemi Covid

Bola

Kick-off Liga Inggris 2024/2025: Jadwal Lengkap Pekan Pertama

Internasional

Permohonan Palestina Untuk Memperoleh Keanggotaan PBB Akan Kembali Dibahas Di Majelis Umum PBB

Internasional

Putin Tegaskan Rusia Bersedia untuk Perundingan Damai dengan Ukraina

Internasional

Pengadilan Internasional Keluarkan Perintah Langkah-Langkah Tambahan dalam Kasus Genosida Israel

Internasional

Donald Trump akan Berpidato di Hadapan Kelompok Kristen, Lalu Menggaet Suara Warga Kulit Hitam di Philadelphia

Internasional

Israel Merangsek ke Shejaia dan Rafah, Pertempuran Meningkat

Internasional

Biarawati Italia Diduga Terlibat dalam Jaringan Mafia ‘Ndrangheta, Ditangkap Bersama 24 Orang Lainnya

Contact Us